Berita

Salah satu gedung rusak akibat gempa di Pasaran Barat, Jumat pagi (25/2)/Ist

Nusantara

Pernah Terjadi Likuifaksi Pasca Gempa di Pasaman, BMKG Minta Warga di Wilayah Lereng Mengungsi

JUMAT, 25 FEBRUARI 2022 | 17:32 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Pengalaman gempabumi tahun 2009 di Pasaman, Sumatera Barat, yang dicatat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), harus dijadikan pembelajaran masyarakat setempat pasca gempa magnitudo 6,1 di Pasaman Barat.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menjelaskan, pada tahun 2009 Pasaman diguncang gempa bermagnitudo sekitar 7, sehingga terjadi fenomena likuifaksi atau tanah yang bergerak pasca gempa.

"Kebetulan tahun 2009 itu memang kejadian saat itu bersamaan dengan hujan, dan gempanya juga cukup kuat, (Magnitudo) 7. Dan pada saat itu terjadi fenomena tanah bergerak dalam radius yang cukup jauh, 500 meter lebih," ujar Dwikorita dalam jumpa pers virtual pada Jumat siang (25/2).

Artinya, dijelaskan Dwikorta, likuifaksi berpotensi terjadi kembali pasca beredar kabar di satu wilayah di Pasaman Barat terjadi pergerakan tanah usai gempa mengguncang wilayah sekitar.

"Dengan melihat kemiringan lereng, kondisi tanah dan batuan, dan juga kekuatan gempa yang meskipun tidak sekuat tahun 2009, itu mungkin terjadi," tuturnya.

Meski likuifaksi berpotensi terjadi pada kejadian gempa kali ini, namun Dwikorita meminta masyarakat tak langsung menyimpulkan kabar yang beredar mengenai fenomena likuifaksi pasca gempa magnitudo 6,1 di Pasaman Barat tadi pagi.

"Apakah benar-benar terjadi? Kami harus cek langsung ke lapangan," imbuhnya.

Untuk saat ini, Dwikorita lebih mengedepankan agar masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan setelah kejadian gempa. Karena di samping ada potensi gempa susulan, kondisi cuaca sekarang ini cukup ekstrem.

"Oleh karena itu kami mengimbau benar-benar menjauh dari lereng tanah maupun bebatuan, karena kadang-kadang disitu ada perkampungan di bawahnya. Kami meminta pemda memberikan peringatan kepada masyarakat yang berada di bawah lereng-lereng itu," imbaunya.

"Terutama kalau ada hujan, hal itu bisa terjadi baik pada saat kejadian gempa maupun saat hujan turun setelah gempa. Jadi ini perlu kewaspadaan, sebaiknya menyingkir terlebih dahulu di lereng-lereng yang rawan," demikian Dwikorita.

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya