Berita

Presiden Joko Widodo saat melihat miniatur kereta cepat China/Net

Politik

Sembrono dan Terburu-buru, Jadi Penyebab KCJB Kalah Cepat Dibanding Laos

SENIN, 07 FEBRUARI 2022 | 14:29 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) kalah cepat dibanding proyek kereta cepat di Laos karena sejak awal sudah sembrono dan terburu-buru.

Penilaian itu disampaikan Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto menanggapi lambatnya proyek kereta cepat di Indonesia dibandingkan Laos.

Padahal keduanya sama-sama dibangun tahun 2016 dan bekerja sama dengan China. Mirisnya panjang rel kereta Laos lebih panjang dan biaya yang dikeluarkan lebih sedikit.

"Proyek kereta cepat sedari awal terkesan sembrono dan terburu-buru, bahkan aturannya pun berubah di tengah jalan, yaitu dari Perpres 93/2021 tentang Perubahan atas Perpres 107/2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat Jakarta-Bandung," ujar Satyo kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (7/2).

Melalui aturan tersebut, kata Satyo, Presiden Joko Widodo mengubah beberapa kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan proyek yang kemungkinan besar menelan dana sampai ratusan triliun.

"Perubahannya mulai dari pimpinan konsorsium proyek dari PT Wika menjadi PT KAI, mengubah trase jalur pembangunan proyek, lantas seperti yang sudah-sudah menunjuk LBP (Luhut Binsar Pandjaitan) menjadi pimpinan komite percepatan proyek," kata Satyo.

Bahkan kata Satyo, Jokowi juga merestui penggunaan APBN melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) berikut penjaminan oleh pemerintah dalam proyek. Padahal sebelumnya, Jokowi berjanji proyek tersebut tidak akan menggunakan dana negara.

"Manajemen proyek juga amburadul, awalnya pemerintah menargetkan proyek beres pada tahun 2019, namun hingga kini proyek belum juga kelar,” tegasnya.

“Masalah berikutnya terkait pendanaan yang jauh melambung dari RAB (Rencana Anggaran Biaya) awal, rumor penyebabnya adalah karena proposal yang ditawarkan China dengan realisasi berbeda bahkan karena umur proyek bertambah yang berakibat cash overrun alias biaya menjadi bengkak," jelas Satyo.

Selain itu, pekerjaan proyek juga pernah dihentikan oleh Kementerian PUPR karena menurut infonya proyek tersebut mengabaikan aspek keselamatan dan menyebabkan banjir di Tol Japek.

"Tidak hanya itu, kabarnya pun saat itu desain proyek juga belum mengantongi sertifikasi dari Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan. Aya naon?” pungkas Satyo.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya