Berita

Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia/Net

Politik

Pengusaha Ingin Pilpres Diundur, Pengamat: Bahlil Memanfaatkan atau Dimanfaatkan Oligarki?

KAMIS, 13 JANUARI 2022 | 10:08 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Pernyataan Menteri Investasi, Bahlil Lahadila, yang mengklaim dunia bisnis menginginkan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 diundur masih menjadi polemik. Apakah memang itu murni keinginan pengusaha, atau dikondisikan sendiri oleh Bahlil.

Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M Jamiluddin Ritonga menilai, suara pebisnis akan kerap digunakan sebagai pembenaran adanya arus bawah yang menginginkan Jokowi, sebagai sosok yang dianggap mampu memulihkan ekonomi Indonesia di era pandemi Covid-19, memperpanjang masa jabatannya.

Untuk itu, Bahlil Lahadila seolah-olah menjadi penyambung lidah para pebisnis untuk menyampaikan aspirasinya.


"Di sini belum jelas apakah Bahlil memanfaatkan atau dimanfaatkan para pebisnis menjadi corong menyampaikan aspirasi politiknya," kata Jamiluddin dalam keterangannya yang diterima Redaksi, Kamis (13/1).  

Jika Bahlil memanfaatkan para pebisnis, menurut Jamiluddin, berarti inisiatif penambahan masa jabatan presiden datang dari dirinya. Para pebisnis dikondisikan untuk menyampaikan aspirasi tersebut kepadanya kemudian meneruskan kepada Jokowi dan legislatif, baik secara langsung atau melalui media massa.

Sebaliknya, bisa saja Bahlil Lahadila dimanfaatkan oleh para pebisnis untuk menyampaikan aspirasinya kepada Jokowi dan legislatif.

"Di sini Bahlil rela dimanfaatkan menjadi jurubicara para pebisnis meskipun hal itu bukan tugas dan fungsinya sebagai Menteri Investasi," kata Dekan FIKOM IISIP Jakarta 1996-1999.

Padahal, lanjutnya, Bahlil tahu hal itu tidak dimungkinkan oleh konstitusi Indonesia. Namun ia tetap menyuarakan hal itu agar apa yang disampaikannya dapat menjadi pendapat umum.

"Berbekal pendapat umum palsu inilah yang dikhawatirkan akan dijadikan pembenaran untuk mengamandemen konstitusi. Cara-cara seperti ini banyak dilakukan di negara demokrasi, di mana para oligarki sangat berperan," tuturnya.

"Para oligarki lihai membentuk pendapat umum palsu untuk menggolkan keinginannya. Pendapat umum palsu itu kemudian dijadikan tameng untuk mendesak mengubah peraturan yang menghalangi keinginan mereka," demikian Jamiluddin.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Pernyataan Ferry Irwandi Sangat Tidak Etis dan Berbahaya

Minggu, 07 Desember 2025 | 23:55

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Gunting Pita Cegah Bencana

Minggu, 30 November 2025 | 03:18

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Dinas LH Harus Bertanggung Jawab Buntut Sopir Truk Meninggal Kelelahan

Senin, 08 Desember 2025 | 14:12

Taiwan dan Omega Taiyo Bersinergi Perkuat Manufaktur Cerdas Indonesia

Senin, 08 Desember 2025 | 14:12

Prabowo Tambah Anggaran Bencana Provinsi Rp20 M dan Kabupaten Rp4 M

Senin, 08 Desember 2025 | 13:57

KPK Ngaku Miliki Kajian soal Dugaan Illegal Logging di Sumatera

Senin, 08 Desember 2025 | 13:56

Menyingkap Sisi Politik di Balik Kenaikan Harga Beras

Senin, 08 Desember 2025 | 13:45

Cek Tanggul

Senin, 08 Desember 2025 | 13:38

PKB Seleksi Calon Ketua DPW Lewat Tes Berlapis

Senin, 08 Desember 2025 | 13:30

100 Musisi Gelar Konser Amal untuk Sumatera

Senin, 08 Desember 2025 | 13:28

KPK Digugat Gegara Bobby Nasution

Senin, 08 Desember 2025 | 13:23

VinFast Gelontorkan Rp8,3 Triliun Bangun Pabrik Baru

Senin, 08 Desember 2025 | 13:22

Selengkapnya