Perdana Menteri Abdalla Hamdok/Net
Masa depan politik Sudan nampaknya semakin terpuruk dalam ketidakpastian, menyusul pengumuman mundur Perdana Menteri Abdalla Hamdok pada Minggu ( 02/01).
“Saya memutuskan untuk mengembalikan tanggung jawab dan menyatakan pengunduran diri saya sebagai perdana menteri,†kata Hamdok, dalam pidato nasional yang disiarkan televisi, seperti dikutip dari Reuters.
Hamdok kemudian mengatakan bahwa ia memberikan kesempatan bagi orang lain untuk memimpin negara itu dan menyelesaikan proses transisinya ke 'negara sipil dan demokratis' sesuai dengan dokumen konstitusi 2019 yang mengatur masa transisi.
Tiga tahun sudah Sudan dikepung dalam pemberontakan yang menyebabkan penggulingan pemimpin lama Omar al-Bashir.
Pengumuman pengunduran diri Hamdok di tengah kebuntuan politik itu tidak meredakan meluasnya protes pro-demokrasi.
Hamdok, mantan pejabat PBB yang dipandang sebagai wajah sipil pemerintah transisi Sudan, telah diangkat kembali sebagai perdana menteri pada November sebagai bagian dari kesepakatan dengan militer setelah kudeta Oktober. Ia mengakui upayanya untuk menjembatani kesenjangan yang melebar dan menyelesaikan perselisihan di antara kekuatan politik telah gagal.
Dia memperingatkan bahwa kebuntuan politik yang sedang berlangsung sejak pengambilalihan militer dapat menjadi krisis besar-besaran dan merusak ekonomi negara yang sudah babak belur.
“Saya berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah negara kita jatuh ke dalam bencana. Sekarang, bangsa kita sedang mengalami titik balik berbahaya yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya kecuali jika segera diperbaiki,†katanya.