Berita

Fouder & Chairman Indonesia Center for Air Power Studies Chappy Hakim/Net

Publika

Jet tempur China Chengdu J-10C untuk Lawan Rafale

MINGGU, 02 JANUARI 2022 | 20:27 WIB | OLEH: CHAPPY HAKIM

AKHIR bulan Desember 2021, menjelang tutup tahun Menteri Dalam Negeri Pakistan Sheikh Rasheed Ahmed mengumumkan secara resmi bahwa Pakistan Air Force (PAF) akan memamerkan pesawat tempur baru dengan terbang lintas pada tanggal 23 Maret 2022 dalam kesempatan parade “Republic Day” of Pakistan.

Yang menarik, pesawat tempur baru yang akan melakukan Fly Over pada upacara itu adalah J-10C Jet Fighters buatan China, seperti diberitakan oleh The Times of India pada 30 Desember 2021). Dikatakan selanjutnya bahwa pengadaan 25 Jet Fighters JS-10 dimaksudkan untuk mengimbangi 36 pesawat Dassault Rafale Jet Fighters India yang baru saja tiba dari Perancis. Yang dimaksud oleh Rasheed Ahmed adalah pesawat fighter jet J-10 Vigorous Dragon single engine tactical fighter buatan Chengdu Aircraft Corporation di provinsi Sichuan.

Pesawat J-10 itu dikembangkan sejak tahun 1980-an sebagai pesawat tempur dengan konsep yang mirip dengan pesawat F-16 yang lightweight but high performance. Secara teknis J-10 konon kabarnya sedikit banyak juga dipengaruhi oleh teknologi dari pesawat fighter buatan Israel.

Sejauh ini belum muncul konfirmasi atau bantahan dari pihak China dan juga penjelasan lebih lanjut dari petinggi Pakistan terhadap pengumuman Rasheed Ahmed tersebut. Berita yang beredar juga masih belum begitu jelas. Rasheed Ahmed mengatakan bahwa pada tanggal 23 Maret 2022 satu skadron J-10 dengan jumlah 25 pesawat sudah akan terbang lintas, sementara sumber lainnya mengatakan bahwa PAF akan membeli 2 skadron J-10 dengan jumlah sebanyak 36 pesawat.

Apabila benar bahwa PAF sudah akan menerbangkan J-10 pada tanggal 23 Maret 2022 nanti, maka dipastikan bahwa persiapan dan pembicaraan atau negosiasi pengadaan pesawat tempur asal China itu sudah berlangsung beberapa tahun sebelum 2021. Persoalannya adalah proses pengadaan pesawat tempur memerlukan waktu cukup panjang, yaitu dalam bilangan tahun dan bukan dalam hitungan bulan. Menentukan spesifikasi yang diinginkan, jenis senjata yang akan melengkapinya, training teknisi dan pilot serta ground support equipment yang harus disiapkan bukanlah sesuatu yang dapat diputuskan dalam waktu singkat.

Diperoleh keterangan lebih lanjut bahwa kelengkapan persenjataan yang diinginkan oleh Pakistan tentu saja berkait dengan perhitungan dalam menghadapi saingannya Rafale dari Perancis yang baru melengkapi arsenal Angkatan Udara India. Ditenggarai Jet Fighter J-10 buatan China ini akan dilengkapi teknologi Beyond Visual Range (BVR) warfare capability. Kemampuan tempur menggunakan peralatan yang mampu mendeteksi pesawat musuh diluar jarak jangkau penglihatan pilot.

Sebagai Angkatan Udara sekutu lama China tentu saja PAF dalam beberapa kesempatan “Latihan Bersama” dengan Angkatan Udara China banyak membahas tentang peningkatan kemampuan teknis operasional alutsista dari kedua Angkatan Udara. Untuk pengadaan pesawat baru, pasti PAF menginginkan pesawat J-10 yang dibelinya dilengkapi dengan peralatan teknologi mutakhir. Diketahui Fighter Jet J-10 Angkatan Udara China sudah dilengkapi dengan peralatan teknologi changgih seperti Active Electronically Scanned Array (AESA) radar yang sudah kompatibel dengan Peluru Kendali (Rudal) PL-15 BVR.

Perkembangan pesawat terbang fighter masa kini adalah cenderung membutuhkan pesawat yang mampu terbang jarak jauh dan tentu saja lebih berat. Akan tetapi kebutuhan pesawat tempur yang ringan dan jarak pendek masih tetap dibutuhkan banyak negara seperti Pakistan dan India. Kedua negara ini sering dan berpotensi menghadapi kemungkinan pertempuran udara disepanjang wilayah perbatasannya. Tahun 2019 pernah terjadi clash antara Mig-21 India dengan pesawat F-16 Pakistan, dimana sebuah Mig 21 India berhasil ditembak jatuh oleh salah satu pesawat F-16 Pakistan.

Ke depan mungkin saja adegan yang sama akan terulang antara Rafale AU India menghadapi J-10 Angkatan Udara Pakistan. Realitanya adalah memang Pakistan dalam satu dekade belakangan ini berhubungan lebih dekat dengan China karena mendukung Taliban di Afghanistan. Hal yang membuat renggang hubungannya dengan Amerika Serikat yang memiliki kedekatan dengan India.

Industri persenjataan Amerika Serikat dan sekutunya tengah disaingi ketat oleh perkembangan industri China termasuk industri militer kedirgantaraan. Hal tersebut pasti tidak terlepas dari ajang perang dagang China versus US yang sedang berlangsung.

Persaingan kedua negara tentu saja mau tidak mau akan melibatkan negara sekutu masing masing dalam hal ini India versus Pakistan. Persaingan antara Rafale AU India dengan J-10C AU Pakistan.

*Penulis merupakan Fouder & Chairman Indonesia Center for Air Power Studies

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya