Berita

Mantan wakil presiden Afghanistan Amrullah Saleh menjelaskan kronologi saat Taliban merebut kekuasaan di Kabul/Net

Dunia

Bantah Cerita Ghani, Amrullah Saleh: Pejabat Tinggi Angkat Kaki Lebih Dulu, Taliban Rebut Kabul Tanpa Perlawanan

JUMAT, 31 DESEMBER 2021 | 19:19 WIB | LAPORAN: ABDUL MANSOOR HASSAN ZADA

Tahun 2021 tinggal tersisa beberapa jam sebelum berganti tahun. Sepanjang tahun 2021 ini banyak peristiwa internasional yang menjadi sejarah baru dan tentu saja menarik perhatian publik internasional. Salah satu peristiwa yang paling mengundang perhatian adalah pengambilalihan kekuasaan di Afghanistan oleh kelompok militan Taliban pada 15 Agutus lalu, tidak lama setelah Amerika Serikat menarik pulang pasukannya dari negara itu.

Proses pengambilalihan kekuasaan itu diwarnai dengan beragam dinamika politik, salah satunya adalah saat Presiden Afghanistan saat itu, yakni Ashraf Ghani angkat kaki dari negaranya saat Taliban masuk ke Kabul.

Dalam sebuah wawancara terbaru dengan BBC pekan ini, Ghani buka suara dan membela sikapnya pada saat itu. Ia menjelaskan bahwa pada saat itu pilihan yang paling memungkinkan yang ada di depan matanya adalah pergi dari Afghanistan. Ghani mengaku hanya diberikan waktu beberapa menit oleh penasihat utamanya untuk memutuskan apakah ia akan pergi dari Afghanistan atau tidak.

Tidak lama setelah wawancara Ghani itu dirilis, mantan wakil presiden Afghanistan yang dulu mendampingi Ghani dalam memimpin Afghanistan, yakni Amrullah Saleh ikut buka suara.

Saleh mengatakan bahwa apa yang dikatakan Ghani tidak sepenuhnya benar. Ia menjelaskan kronologi versinya pada jam-jam terakhir sebelum Taliban merebut kekuasaan di Kabul. Kata Saleh, pada Sabtu, 14 Agustus 2021 pada pukul 22.00, penasehat Ghani yakni Hamdollah Moheb dan Dr. Fazli datang menemuinya di Istana Kepresidenan.

"Pada saat itu itulah saya marah dan tidak puas dengan tidak diumumkannya perlawanan nasional karena perlawanan nasional dijadwalkan akan diumumkan pada hari Kamis. Mereka punya alasan. Saya ditanya tentang rencana saya," jelas Saleh.

Ia meneruskan bahwa pada saat itu mereka memberikan saran kepada Saleh untuk berpikir dengan tenang dan untuk waktu yang lama. Sedikiti banyak Saleh setuju dengan saran itu. Namun Saleh juga menilai bahwa sesuatu harus dilakukan untuk menghilangkan legitimasi Taliban, karena tidak ada yang namanya proses perdamaian.

"Adalah fakta bahwa proses perdamaian telah runtuh. Pada titik ini saya setuju dengan mereka," ujar Saleh.

Saleh menambahkan bahwa pada saat itu ia mendengar dari percakapan para penasehat itu bahwa mereka ingin Presiden Ghani pergi dari Afghanistan.

"Saya mengatakan bahwa saya tidak akan meninggalkan negara saya dengan cara apapun. Saya akan melawan sekuat yang saya bisa," tambahnya.

Lalu Moheb mengatakan bahwa Pakistan telah memutuskan untuk membunuh beberapa orang dengan cara yang paling keji dan bahkan menyeret mereka kembali ke kota sebelum membunuh mereka. Salah satu targetnya adalah Saleh.

Namun pernyataan itu tidak membuat Saleh gentar.

"Saya bilang saya pikir saya bisa jadi target dan mungkin mereka benar. Apa lagi yang seharusnya tidak kita harapkan dari musuh?" kata Saleh.

Kemudian pada Sabtu malam hingga Minggu pagi tanggal 15 Agustus 2021, Saleh mengaku dirinya terus terjaga untuk mewaspadai situasi dan untuk meredam pemberontakan para tahanan Taliban di Pul-e Charkhi.

"Malam itu, satu-satunya orang yang menjawab telepon saya sampai akhir adalah Kepala Polisi Kabul Jenderal Tutakhel. Saya tidak dapat menemukan pejabat keamanan dan pertahanan lainnya," kata Saleh.

"Pesan terakhir saya kepada Moheb adalah pada pukul dua pagi bahwa saya menulis bahwa Sorobi berada di bawah tekanan dan kita harus bertindak segera. Saya tidak menemukan jawaban," tambahnya.

Lalu pada hari Minggu, 15 Agustus, pukul 09:15, Saleh meninggalkan rumahnya di Taimani menuju provinsi Panjshir, di mana ia kemudian berpartisipasi dalam pembentukan kelompok perlawanan.

"Kami tidak membiarkan noda menyerah dan permohonan terukir di bagian depan basis perlawanan dan bangsa kita," tegasnya.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya