Muhammadiyah dan NU diusulkan Jose Ramos Horta untuk menerima Nobel Perdamaian tahun 2022 mendatang/Net
Mantan Presiden Timor Leste mengusulkan organisasi Islam Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai penerima nobel perdamaiaan tahun 2022 mendatang.
Penerima nobel perdamaian pada tahun 1996 silam itu berargumen, dua organisasi itu memiliki kiprah yang luar biasa. Beberapa aspek yang dijadikan argumentasi adalah kiprah Muhammadiyah dan NU di beberapa aspek seperti pendidikan, toleransi, perlindungan minoritas dan terus menjaga perdamaian Indonesia dan dunia.
"Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia, sekaligus negara moderat," demikian penjelasan tokoh yang pernah menjabat Perdana Menteri Timor Leste 2006-2007.
Bacaan Ramos Horta, saat berbagai negara seperti Irak, Afghanistan dan Palestina sedang terjadi kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia, Indonesia yang saat itu juga terjadi beberapa bom justru tidak terjebak pada negara dengan radikalisme muslim.
Menurut Horta, tidak terjebaknya Indonesia ke negara radikal muslim karena karakter masyarakat muslim Indonesia moderat yang diwakili Muhammadiyah dan NU.
Lebih lanjut, tokoh yang jadi jurubicara perlawanan Timor Leste saat diduduki Indonesia itu bercerita, usulan tentang Muhammadiyah dan NU perlu mendapat Nobel bermula saat pembicaraannya dengan Todung Mulya Lubis saat berkunjung ke Dili.
"Kami berbicara mengenai NU dan Muhammadiyah. Dari sanalah saya mendapatkan informasi yang lebih lengkap guna mencalonkan NU dan Muhammadiyah untuk nobel perdamian. Dua organisasi ini, layak dan berhak mendapatkan Nobel Perdamaian," cerita Horta yang dikutip dari media
Hatutan.Com, Senin (27/12).
Horta menjelaskan, sebelum mengusulkan ke Komite Nobel, dirinya mengaku sudah memikirkan matang. Bahkan ia mengaku hati-hati dalam mengumpulkan data pendukung.
Horta mengusulkan pemberian nobel perdamaian bagi Muhammadiyah dan NU dengan ditandatangani beberapa tokoh politik Timor Leste seperti Zanana Gusmao, Mari Alkatiri, Taur Matan Ruak, dan Presiden saat ini Fransisco Gutere Lu Olo.
Horta sebelumnya sukses mengusulkan beberapa tokoh untuk mendapatkan nobel, diantaranya: Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung (2000), Jimmy Carter (2002) dan Muhamad Yunus (2006).
Jose Ramos Horta juga melakukan usulan Nobel untuk Muhammadiyah dan NU pada tahun 2019 silam. Ia menjelaskan bahwa meski sempat ditolak ia akan berusaha mengusulkan kembali dengan argumentasi dan data pendukung yang lebih lengkap.
"Saya yang sering mengirimkan berbagai informasi kepada mereka (Komite Nobel). Jadi, saya akan menominasikan lagi dua organisasi ini pada tahun 2022 ini," pungkas Horta.