Dua desa dan satu Kelurahan di Penajam Paser, Kalimantan Timur terendam banjir. Akibatnya 101 rumah dipastikan terendam di lokasi wilayah yang ditetapkan sebagai Ibu Kota Negara (IKN) yang baru oleh Pemerintah.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, terjadinya banjir di lokasi IKN yang baru ini terkesan penetapannya sebagai Ibu Kota pengganti Jakarta serampangan.
“Terjadinya banjir di Penajam Paser Utara membuat penetapan IKN baru layak dipertanyakan. Ada kesan penetapan lokasi IKN yang baru serampangan,†kata Jamiluddin kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (20/12).
Pasalnya, lanjut Jamiluddin, jika di wilayah Penajam Paser banjir, maka patut diduga bahwa pemerintah tidak melakukan studi banding yang komperhensif atau menyeluruh
“Ada kesan penetapan lokasi tersebut hanya berdasarkan intuisi, yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,†tandas Jamiluddin.
“Apalagi salah satu alasan pemindahan IKN karena Jakarta dinilai daerah banjir. Kalau lokasi IKN baru juga banjir, maka pemindahan IKN bukanlah mengatasi masalah banjir,†sambung Jamiluddin.
Dengan begitu menurutnya, mengapa pemerintah mau mengeluarkan uang hingga ratusan triliun, jika hanya ingin pindah Ibu Kota dari Jakarta dengan alasan banjir
“Karena itu, niat memindahkan IKN ke Penajam Paser Utara layak ditinjau kembali. Perlu dipikirkan lokasi yang benar-benar terbebas dari banjir. Untuk itu, tentu diperlukan studi yang komprehensif oleh para ahli, bukan didasarkan selera seorang penguasa,†pungkas Jamiluddin.