Ketua Umum PB Pemuda Muslimin Indonesia, Muhtadin Sabili/Net
MASYARAKAT Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai masyarakat yang sangat ramah dan santun dengan budi pekerti baik serta toleranm bahkan terhadap pendatang dari berbagai belahan dunia manapun yang bertamu dan bertandang ke negeri ini.
Bahkan saking ramahnya malah cenderung permisif dengan bangsa pendatang yang menjajah negeri. Kerukunan dalam kehidupan masyarakat yang heterogen bersatu dalam budaya yang luhur, sopan dalam bersikap dan santun berbahasa antara suku bangsa dan agama yang ada di Nusantara.
Toleransi yang kita pahami tentu dalam konteks yang positif dan bersandar Kepada nilai kebaikan adalah sikap saling menghormati, memahami dan menghargai dalam kehidupan bermasyarakat antar suku, agama, ras dan golongan yang merupakan tata nilai yang hidup dalam pergaulan bersama serta dalam bingkai persaudaraan sesama anak bangsa Indonesia.
Saling menghargai dalam masyarakat dimaknai dengan sikap tidak saling mengganggu serta memahami keyakinan dan kepercayaan yang dipeluk masyarakat sekitar lingkungannya.
Kerukunan yang hidup ditengah masyarakat Indonesia, merupakan rasa persaudaraan yang tumbuh karena sebangsa dan setanah air serta persaudaraan dalam bingkai kemanusiaan, yang pada intinya masyarakat kita menyadari sebagai mahluk sosial yang hidup berdampingan dan saling membutuhkan satu sama lain, dengan demikian hidup ditengah masyarakat mau tidak mau haruslah dilandasi dengan saling kasih sayang antar sesama mahluk Ciptaan Tuhan Yang Maha Kasih dan Sayang.
Nilai dan prinsip dasar tersebut telah dirumuskan dengan sangat baik oleh founding father Indonesia sebagai filosofi hidup bermasyarakat dan bangsa Indonesia yang heterogen dengan ideologi dan keyakinan serta agama yang beragam.
Keharmonisan dan kerukunan hidup masyarakat Indonesia yang cintai damai tersebut, dengan sejarah perjalanan kehidupannya telah pula melahirkan nilai dan prinsip serta filosofis berbangsa dan norma bernegara yaitu Pancasila, yang digali dari relung terdalam masyarakat dan kondisi alam Indonesia yang sangat kaya. Keindahan dan kedamaian perilaku masyarakat sangatlah selaras dengan keindahan dan kedamaian serta kekayaan alam Indonesia.
Kerukunan dan keharmonisan serta rasa persatuan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan, merupakan pondasi dan kekuatan dasar untuk menjadi bangsa yang bermartabat dan disegani serta modal yang kuat dalam membangun peradaban yang mulia yaitu mencapai Keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Ujian dan Tantangan dalam mewujudkan cita-cita besar tersebut tentu saja harus dipahami bagi setiap elemen bangsa Indonesia. Masa-masa sulit telah dilalui bangsa indonesia yang pernah mengalami penjajahan dari bangsa lain, rasa senasib sepenanggungan serta ingin bebas menentukan nasib sendiri dan cita-cita mulia sebagai hamba Tuhan YME, mampu membawa bangsa ini mewujudkan persatuan dan kemerdekaannya. Bersatu dalam perbedaan serta saling melindungi dan mengayomi sebagai perekat dalam bingkai persaudaraan bangsa Indonesia.
Era globalisasi dan kemajuan teknologi menjadi tantangan terbuka bagi bangsa ini dalam merawat kemerdekaan dan persaudaraan antar sesama elemen bangsa Indonesia. Issue dan paham radikal, intoleransi bahkan terorisme sekonyong datang dan berkembang di negeri yang cinta damai ini. Bersamaan dengan arus globalisasi dan kemajuan teknologi. Mengusik rasa kedamaian dan Kerukunan masyarakat beragama di negeri ini.
Era keterbukaan dan kemudahan dalam mengakses, menyampaikan opini serta berinteraksi dalam era informasi ditambah dengan kebebasan berpendapat dalam beragam ranah kehidupan (sosial, budaya, politik & keagamaan) menggiring masyarakat menelan beragam opini yang bahkan bersifat provokasi yang menyesatkan tanpa data dan fakta sebenarnya serta bertujuan untuk memecah kerukunan dan kedamaian dalam masyarakat.
Peran pemerintah, agamawan, tokoh masyarakat serta influencer sangatlah penting menjadi teladan dalam sikap dan lisan untuk meminimalisir polarisasi yang terjadi ditengah masyarakat, utamanya dalam hal yang sensitif yaitu keyakinan dalam beragama dan kepercayaan masyarakat Indonesia.
Kasus-kasus intoleransi bahkan mengarah Kepada kekerasan dan intimidasi terhadap kelompok keyakinan tertentu di Indonesia banyak disebabkan oleh menyebarnya disinformasi dan hoax yang memancing konflik dan perseteruan yang berujung rusaknya nilai toleransi dan tenggang rasa serta kerukunan ditengah masyarakat.
Sistem pendidikan dan budaya nasional belum mampu menjawab tantangan zaman ini, peserta didik tidak optimal mendapatkan pemahaman tentang Budi pekerti yang luhur dan persaudaraan antar sesama anak bangsa Indonesia yang beragam suku, agama dan budaya.
Persamaan hak di dalam pergaulan dan hukum yang berlaku juga berpotensi menjadi penyebab berbagai intoleransi yang terjadi di negeri ini, bagaimana keadilan dan kesetaraan sebagai anak bangsa Indonesia belum dirasakan dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia.
Kemerdekaan Indonesia yang diraih diperjuangkan dengan segenap jiwa raga para pahlawan, orang tua, ulama serta guru bangsa ini pada ujungnya bukan semata demi tercapainya Pembangunan fisik dan kesejahteraan umum, namun Kemerdekaan Indonesia yang diraih hakikatnya untuk kerukunan dan kedamaian seluruh bangsa di dunia dengan membangun persamaan, kesetaraan, kebebasan serta persaudaraan.
*Penulis adalah Ketua Umum PB Pemuda Muslimin Indonesia