Berita

Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat menghadiri pertemuan tingkat tinggi untuk demokrasi secara virtual/Net

Dunia

China: AS Gunakan Demokrasi Sebagai "Senjata Pemusnah Massal"

MINGGU, 12 DESEMBER 2021 | 07:24 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Amerika Serikat menggunakan gagasan demokrasi sebagai "senjata pemusnah massal" untuk memaksakan kehendaknya kepada dunia. Begitu komentar yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri China pada akhir pekan ini (Sabtu, 11/12), usai Amerika Serikat menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi untuk demokrasi.

Dalam forum yang diselenggarakan secara virtual pada Kamis dan Jumat tanggal 9-10 Desember kemarin, Amerika Serikat mengundang para pemimpin dan pejabat tinggi dari sekitar 100 negara di dunia serta organisasi internasional untuk membahas soal demokrasi dan tantangan yang dihadapi.

Namun China dan Rusia tidak termasuk dalam salah satu negara yang diundang oleh Amerika Serikat dalam forum tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Kementerian Luar Negeri China mengeluarkan pernyataan yang menilai bahwa Amerika Serikat menyembunyikan upayanya untuk mempertahankan “hegemoni global” di balik istilah “demokrasi.”

“Apakah suatu negara demokratis atau tidak, harus diputuskan oleh rakyatnya sendiri, bukan oleh segelintir orang luar yang menuding jari,” begitu bunyi keterangan tersebut.

“Sistem demokrasi suatu negara dan jalannya menuju demokrasi harus dipilih secara independen oleh rakyatnya sendiri sesuai dengan realitas nasional mereka," sambung pernyataan yang sama.

Pernyataan tersebut juga memojokan Amerika Serikat karena mencoba membawa demokrasi dengan todongan senjata ke Afghanistan, Irak, Libya, dan Suriah.

Amerika Serikat juga dinilai telah menggunakan sanksi dan ancaman “revolusi warna” untuk memaksa negara-negara lain menerima versi demokrasinya.

“Revolusi warna” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan upaya, yang dipimpin oleh kelompok masyarakat sipil dan LSM yang didanai dengan baik, untuk menggulingkan pemerintah.

Amerika Serikat diketahui mendukung banyak "revolusi warna" asing, baik secara diam-diam atau terang-terangan. Termasuk gerakan protes tahun 2000 yang menggulingkan pemimpin Serbia Slobodan Milosevic dari kekuasaan, Revolusi Mawar di Georgia pada tahun 2003, dan Revolusi Oranye 2004 di Ukraina.

Pernyataan Beijing itu juga menuduh Amerika Serikat menggunakan demokrasi sebagai “senjata pemusnah massal.”

“Kita harus dengan tegas menolak dan menentang segala bentuk praktik pseudo-demokrasi dan anti-demokrasi dan manipulasi politik di bawah kedok demokrasi, pernyataan itu menyimpulkan, sebagaimana dimuat Russia Today.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya