Presidensi G20 kesempatan bagi Indonesia menunjukkan kepemimpinan Indonesia di kancah global. Tujuannya adalah untuk menjawab berbagai tantangan internasional.
Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 merupakan Presidensi G20 ketiga yang diselenggarakan pada masa pandemi Covid-19 melanda dunia, sehingga menjadi periode paling krusial dalam proses pemulihan ekonomi global.
Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, sejauh ini pandemi Covid-19 masih berlanjut, khususnya dengan adanya varian baru yang muncul.
Saat ini, kata Airlangga, pemulihan pandemi dan ekonomi global yang masih belum merata, menyebabkan semakin tingginya kemiskinan, dan tidak tercapainya target SDGs pada 2030.
Menurut Airlangga, diperlukan kolaborasi global melalui Forum G20. Harapannya, arsitektur dan tata kelola kesehatan Global bisa ditata kembali.
Dijelaskan Ketua Umum Partai Golkar itu, arsitektur global merupakan syarat utama dalam mewujudkan pemulihan ekonomi global. Sebagai forum premier kerja sama ekonomi multilateral, G20 saat ini harus menghasilkan langkah-langkah nyata dan terobosan besar untuk mempercepat pemulihan bersama dan menjadi lebih kuat.
“Tentunya kepentingan nasional juga menjadi perhatian Pemerintah Indonesia, yaitu mewujudkan pemulihan ekonomi yang inklusif, berdaya-tahan, dan berkesinambungan,†kata Airlangga Hartarto, dalam keynote remarks dalam
First Sherpa Meeting G20 Indonesia, di Jakarta, Selasa (7/12).
Airlanga kemudian menggambarkan kondisi pemulihan kesehatan di Indonesia. Diungkapkan Airlangga, hal itu sudah sejalan dengan target WHO untuk vaksinasi Dosis ke-2 sebesar 40 persen dari jumlah penduduk.
Dari gambaran itu, Indonesia diperkirakan akan mencapai sekitar 113 juta jiwa yang sudah tervaksin atau 41,8 persen dari total jumlah penduduk Indonesia, atau sekitar 54,3 persen dari total sasaran pada akhir tahun 2021.
Untuk posisi capaian vaksinasi dosis kedua saat ini adalah sejumlah 99,6 juta jiwa atau sekitar sekitar 37 persen dari total jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 47,8 persen dari sasaran.
Sejalan dengan kondisi saat ini, Presidensi G20 Indonesia mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger†atau “Pulih Bersamaâ€.
Airlangga mengutarakan, melalui tema ini, Indonesia mengajak seluruh dunia untuk bersama-sama mencapai pemulihan ekonomi yang lebih kuat, inklusif dan berkelanjutan.
G20 harus mampu menangani berbagai permasalahan struktural yang menghambat efisiensi dan produktivitas, serta mendorong perluasan inklusi ekonomi.
Presidensi G20 Indonesia Tahun 2022 mengusung 3 topik utama, yaitu: arsitektur Kesehatan Global, transformasi berbasis Digital dan transisi Energi.
“Ketiga topik utama tersebut akan menjadi
guidance untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan yang lebih pro-rakyat, lebih konkret, dan dapat diterapkan,†ujar Menko Airlangga.
Presidensi G20 Indonesia 2022 diharapkan akan berkontribusi dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional dan global, termasuk memperjuangkan negara-negara kecil dan berkembang.
Indonesia, jelas Airlangga ingin mengajak Negara Anggota G20, Negara Undangan dan Organisasi Internasional, untuk merumuskan aksi-aksi nyata bagi pemulihan ekonomi global.
“Kehadiran para Delegasi diharapkan juga mendatangkan manfaat untuk mendorong perekonomian Indonesia, baik secara langsung seperti menumbuhkan kembali sektor akomodasi, perhotelan, transportasi, UMKM, dan sektor-sektor terkait lainnya, maupun secara tidak langsung dengan meningkatnya kepercayaan para Investor kepada Indonesia,†jelas Menko Airlangga.
Pertemuan Pertama Tingkat Sherpa G20 (1st G20 Sherpa Meeting) ini merupakan pertemuan pertama dan pembuka dari seluruh rangkaian pertemuan Presidensi G20 Indonesia, dan diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 7 - 8 Desember 2021.
Setelah itu, dilanjutkan dengan Pertemuan Pertama Tingkat Deputi Keuangan dan Bank Sentral (Finance Track) di Bali pada tanggal 9-10 Desember 2021.
Pada pertemuan Sherpa Track maupun Finance Track, Indonesia akan menyampaikan agenda prioritas yang menjadi fokus dalam Presidensi G20 Indonesia.
Selain itu, diharapkan para Anggota G20, Negara Undangan, dan Organisasi Internasional dapat membahas dan merumuskan inisiatif konkret, sehingga menghasilkan deliverables yang responsif terhadap tantangan global.
“Forum G20 diharapkan menjadi
wake up call bagi kita semua dan tidak menjadi ‘Menara Gading’ yang tidak sensitif terhadap kondisi ekonomi global. Sangat penting bagi G20 untuk menjadi
troubleshooter atas ketidakpastian dan tantangan global,†ungkap Menko Airlangga.