Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Buntu Berbulan-bulan, AS dan Iran akan Hidupkan Lagi Dialog Soal Kesepakatan Nuklir

SENIN, 29 NOVEMBER 2021 | 07:59 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pembahasan soal nuklir antara Iran, AS, dan anggota lain dari Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), akan dilanjutkan di Wina pada Senin (29/11) waktu setempat. Hampir enam bulan dari saat terakhir pembicaraan berlangsung.  

Para pejabat dikabarkan akan membahas kemungkinan kembalinya AS ke perjanjian 2015, yang membatasi kegiatan nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi, seperti dikutip dari CNN.

Banyak pertanyaan yang muncul, setelah berulang kali pertemuan menemui jalan buntu, apakah pertemuan pada 29 November ini akan membuahkan hasil diplomatik, atau akan sia-sia lagi?

Pihak-pihak lain dalam perjanjian itu, termasuk Jerman, Inggris, Prancis, China, dan Rusia, akan datang ke pertemuan Wina. Sumber-sumber Eropa mengatakan kepada CNN bahwa mereka mengharapkan Iran memperlakukan pertemuan itu sebagai 'putaran pertama'.

Dinegosiasikan oleh pemerintahan Obama bersama dengan Jerman, Prancis, Inggris, Cina, dan Rusia pada 2015, JCPOA mewakili upaya besar untuk mengurangi ambisi nuklir Iran.

Perjanjian setebal 159 halaman itu mengikat AS dan mitra Eropanya untuk mencabut sanksi lama untuk memungkinkan Iran membawa kembali investasi asing dan menjual sumber daya alamnya secara global tanpa sanksi.

Para diplomat Barat telah memperingatkan bahwa waktu hampir habis, sementara mereka melihat kemajuan signifikan yang telah dibuat Iran dalam program pengayaan uraniumnya, yang merupakan jalur yang mungkin menuju bom nuklir.

Mereka mulai merasa tidak optimis tentang prospek ke depan, dan menekankan bahwa jika diplomasi gagal, AS siap untuk menggunakan opsi lain.

Pemerintah Iran yang baru-baru ini terpilih di Teheran akan mengirim satu set negosiator baru ke Wina untuk "tidak akan mundur dengan cara apa pun dalam membela kepentingannya."

“Kami masih berharap bahwa diplomasi dapat menemukan jalan,” ujar Brett McGurk, koordinator Dewan Keamanan Nasional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, mengatakan kepada Dialog Manama yang diselenggarakan oleh Institut Internasional untuk Studi Strategis.

"Tetapi jika tidak menemukan jalan, kami siap menggunakan opsi lain."

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya