Berita

Ilustrasi/Net

Kesehatan

Lebih Kuat dari Delta, Ilmuwan Peringatkan Munculnya Varian Baru B.1.1.529

JUMAT, 26 NOVEMBER 2021 | 07:16 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Para ilmuwan kembali membunyikan alarm, setelah penelitian menemukan jenis virus corona yang paling berevolusi, yang telah ditemukan pada pasien di berbagai belahan dunia. Resistensi varian ini terhadap vaksin menambah kekhawatiran para ahli.

Varian Covid-19 terbaru, diketahui memiliki perubahan signifikan pada lonjakannya, yang dapat membuatnya tak bisa dikalahkan dengan vaksinasi. Ini bisa menjadi jenis virus corona yang paling berevolusi, karena 32 mutasi tampaknya telah terdeteksi di dalamnya.

Ini lebih banyak dari varian Delta yang sangat menular dengan 11 mutasi, dengan para ahli menyebutnya sebagai 'virus yang mungkin lebih menular' daripada strain Delta.

"Vaksin yang kita miliki saat ini mungkin kurang efektif terhadap varian terbaru ini," begitu hasil temuan para ahli.

Media melaporkan bahwa infeksi yang terlihat pada tiga pasien di Botswana - yang kemudian dikenal sebagai varian Botswana – telah ditemukan di tiga negara sejak infeksi pertama pada 11 November. Selanjutnya enam kasus terdeteksi di Afrika Selatan, dan satu lagi kemudian terdaftar di Hong Kong.

Pasien Hong Kong baru-baru ini melakukan perjalanan ke China dari Afrika Selatan, membuat para ilmuwan sangat waspada, karena varian baru itu dapat menyebar ke mana saja melalui perjalanan internasional. Pasien tersebut juga dikatakan telah divaksinasi ganda.

Berita tentang varian virus corona terbaru, yang dikenal sebagai B.1.1.529, dan kemudian diberi nama 'Nu', dibagikan oleh Tom Peacock, seorang ahli virologi di Departemen Penyakit Menular Imperial College London.

Ia menggambarkan profil lonjakan varian Botswana sebagai sesuatu yang mengerikan, dia menulis di akun Twitternya bahwa varian baru itu bisa lebih buruk secara antigen daripada jenis lainnya.

"Varian baru memiliki cabang yang sangat panjang dan profil mutasi lonjakan yang sangat mengerikan," kata ahli virologi itu, seperti dikutip dari RT, Kamis (25/11).

Sisi baiknya, menurut para peneliti, tingginya jumlah mutasi bisa berarti variannya tidak stabil, yang mungkin mencegahnya menyebar luas.

Sejauh ini, Covid-19 telah membunuh lebih dari lima juta orang di seluruh dunia, dengan lebih dari 259,5 juta terinfeksi.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya