Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Aceh, Taufiq A Rahim/Net
Praktik "kutu loncat" yang banyak dilakukan para politisi di tanah air, khususnya di Aceh, menunjukkan praktik politik tanpa integritas.
“Dan hal ini marak terjadi. Politisi banyak yang mengabaikan pentingnya integritas dalam berpolitik,†kritik pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Aceh, Taufiq A Rahim, dikutip Kantor Berita RMOLAceh, Selasa (23/11).
Hal ini bisa mendorong orang-orang yang berintegritas menjadi enggan berpolitik. Taufiq mencontohkan pengunduran diri bekas Sekretaris Partai Nasdem Aceh, Nahrawi Nurdin, setelah posisinya digantikan oleh Muslim Ayub, bekas politikus Partai Amanat Nasional.
Taufiq mengatakan, banyak politisi yang memanfaatkan peluang untuk mendapatkan jabatan dalam partai politik meski cara itu dilakukan di tengah masalah yang merundung partai. Meskipun langkah ini belum tentu dapat mendongkrak elektabilitas partai politik atau politisi yang berpindah partai.
Taufiq juga menilai politisi yang gemar bergonta-ganti partai politik tidak memiliki prestasi luar biasa, terutama untuk Aceh. Hal ini menunjukkan bahwa partai politik tidak memiliki filter karena bisa mudah menerima "kutu loncat" yang lebih banyak mendatangkan masalah baru ketimbang menyelesaikan masalah yang ada di partai.
Praktik kutu loncat ini juga semakin menguatkan oligarki politik nasional dan lokal. Saat ini, aturan kepartaian dan pemilu, jelas Taufiq, hanya menguntungkan segelintir orang dan elite politik.
“Partai politik seharusnya mewaspadai dinamika ini. Karena sebenarnya masyarakat membaca dan memantau pergerakan mereka dan akan memberikan keputusan pada saat pemilihan umum digelar,†demikian Taufiq.