Berita

Pekerja Vietnam mengendarai sepeda melewati petugas keamanan di dekat kota Zrenjanin, Serbia/Net

Dunia

Di Balik Hangatnya Kerja Sama Beijing-Beograd ada Derita Pekerja Vietnam di Pabrik Ban Mobil China di Serbia

SENIN, 22 NOVEMBER 2021 | 13:08 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kisah sedih dialami oleh sekitar 500 pekerja  kebanyakan berasal dari Vietnam, di sebuah pabrik ban mobil di Serbia. Selama berhari-hari mereka menahan lapar dan dingin, dan tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan dengan paspor mereka yang ditahan oleh sang majikan yang berkewarganegaraan China.

Mereka terjebak di dataran suram di negara itu tanpa bantuan dari pihak berwenang.

Asociated Press dalam laporan investigasinya mengisahkan bahwa para pekerja itu menggigil di barak tanpa pemanas, di fasilitas raksasa milik Shandong Linglong Tire Co, sebuah pabrik ban mobil China pertama bagian utara negara Balkan. itu.


Proyek tersebut, yang disebut-sebut oleh pejabat Serbia dan China sebagai tampilan “kemitraan strategis” antara kedua negara, telah menghadapi pengawasan dari para pemerhati lingkungan atas potensi polusi berbahaya dari produksi ban.

Bahkan, telah menarik perhatian kelompok hak asasi manusia di Serbia, yang telah memperingatkan bahwa para pekerja bisa menjadi korban perdagangan manusia atau bahkan perbudakan.

Ini menjadi kisah pilu di balik hangatnya hubungan kerja sama Beijing-Beograd.

“Kami menyaksikan pelanggaran hak asasi manusia karena (pekerja) Vietnam bekerja dalam kondisi yang mengerikan,” kata aktivis Serbia Miso Zivanov dari organisasi non-pemerintah Zrenjaninska Akcija (Aksi Zrenjanin) kepada The Associated Press di gudang pabrik itu, yang nampak sangat tidak layak untuk tempat para pekerja tinggal.

“Mereka sudah di sini sejak Mei, tapi baru menerima satu bulan gaji. Mereka mencoba untuk pulang ke Vietnam, sayangnya paspor mereka telah ditahan oleh majikannya,"katanya.

Para pekerja dilaporkan tidur di ranjang susun tanpa kasur di barak tanpa pemanas atau air hangat. Mereka mengatakan kepada AP bahwa mereka tidak menerima perawatan medis bahkan di saat mengalami gejala seperti Covid-19, dan hanya diberitahu oleh manajer mereka untuk tetap berada di dalam kamar.

Nguyen Van Tri, salah satu pekerja, mengatakan tidak ada yang terpenuhi dari kontrak kerja yang dia tandatangani di Vietnam sebelum memulai perjalanan panjang ke Serbia.

"Sejak kami tiba di sini, tidak ada yang baik. Semuanya berbeda dari dokumen yang kami tandatangani di Vietnam. Hidup itu buruk, makanan, obat-obatan, air, semuanya buruk," akunya.

Mengenakan sandal dan menggigil kedinginan, dia mengatakan sekitar 100 rekan sekerjanya yang tinggal di barak yang sama melakukan pemogokan untuk memprotes penderitaan mereka dan beberapa dari mereka telah dipecat karena itu.

Pihak Linglong sendiri membantah kepada media Serbia bahwa perusahaan bertanggung jawab atas para pekerja, menyalahkan situasi mereka pada subkontraktor dan agen tenaga kerja di Vietnam. Dikatakan perusahaan tidak mempekerjakan pekerja Vietnam di tempat pertama. Mereka juga berjanji akan mengembalikan dokumen-dokumen yang katanya diambil untuk mencap izin kerja dan izin tinggal.

Perusahaan juga membantah bahwa pekerja Vietnam hidup dalam kondisi yang buruk dan mengatakan gaji bulanan mereka dibayar sesuai dengan jumlah jam kerja.

Serbia adalah tempat utama bagi ekspansi dan kebijakan investasi China di Eropa, dan perusahaan-perusahaan China telah menutup rapat proyek mereka di tengah laporan bahwa mereka melanggar undang-undang anti-polusi dan peraturan perburuhan negara Balkan.

Bank-bank China telah memberikan pinjaman miliaran dolar kepada Serbia untuk membiayai perusahaan-perusahaan China yang membangun jalan raya, rel kereta api dan pabrik-pabrik dan mempekerjakan pekerja konstruksi mereka sendiri. Ini bukan pertama kalinya kelompok hak asasi menunjukkan kemungkinan pelanggaran hak-hak pekerja, termasuk penambang China di tambang tembaga di Serbia timur.

Setelah berhari-hari hening, para pejabat Serbia menentang kondisi “tidak manusiawi” di lokasi konstruksi tetapi dengan cepat meremehkan tanggung jawab China atas penderitaan para pekerja.

Perdana Menteri Serbia Ana Brnabic mengatakan dia "tidak akan mengesampingkan bahwa serangan terhadap pabrik Linglong" diorganisir "oleh mereka yang menentang investasi China" di Serbia - mengacu pada kritik yang sering datang dari Barat bahwa proyek-proyek China di sana tidak transparan, secara ekologis dipertanyakan, dan dirancang oleh Beijing untuk menyebarkan pengaruh politiknya di Eropa.

“Awalnya lingkungan. Sekarang mereka lupa itu dan mereka fokus pada pekerja di sana. Setelah besok akan ada sesuatu yang lain,” katanya.

Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan pada Jumat (18/11) bahwa seorang inspektur tenaga kerja Serbia telah dikirim ke lokasi konstruksi Linglong tetapi blak-blakan mengenai hasil yang diharapkan dari temuan akhirnya.

"Apa yang mereka inginkan? Apakah mereka ingin kita menghancurkan investasi 900 juta dolar?" tanya Vucic.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya