Berita

Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PKS Mulyanto/Net

Politik

Luhut Minta Waspada Varian Delta Plus, PKS: Jangan-jangan Sekadar Pembenaran untuk Bisnis PCR

RABU, 10 NOVEMBER 2021 | 09:49 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Pemerintah diminta jangan asal bicara terkait adanya ancaman Covid-19 varian Delta Plus. Sebab, jika salah dalam memberi penyampaian, masyarakat akan mengaitkan hal tersebut dengan kebijakan kewajiban tes PCR yang belakangan jadi buah bibir karena ada dugaan menteri ikut berbisnis di dalam pengadaan alat tes.

Penjelasan soal Covid-19 varian Delta Plus harusnya disampaikan oleh otoritas kesehatan berbasis bukti (evidence based) yang objektif. Bukan disampaikan oleh menteri yang ramai di publik karena diduga terlibat dalam perusahaan yang berbisnis PCR.

Hanya dengan begitu, publik yakin bahwa info yang disampaikan benar-benar akurat dan objektif, bukan untuk kepentingan kelompok bisnis tertentu.

Begitu kata anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PKS Mulyanto kepada wartawan di Jakarta, Rabu siang (10/11).

"Kita ragu atas info tersebut karena University of Oxford maupun WHO mengatakan, bahwa kecepatan penyebaran maupun efek terhadap imunitas manusia dari varian delta plus ini masih belum clear dan belum cukup data," kata Mulyanto.

Publik semakin ragu karena info Covid-19 varian delta plus disampaikan oleh Menteri Luhut Binsar Panjaitan, yang sedang diperbincangkan karena diduga menikmati bisnis tes PCR.

Apalagi, jika ujung dari pengumuman Luhut adalah pernyataan kewajiban uji PCR untuk menghadapi varian delta plus Covid-19 ini.

"Apa hubungannya? Jadi jangan-jangan hanya pembenaran untuk bisnis PCR," kata Mulyanto.

Atas dasar itu, Mulyanto mendesak pemerintah konsisten menerapkan kebijakan berbasis riset (research based policy), agar berbagai program penanggulangan Covid-19 ini dapat berjalan secara efektif dan efisien. 

"Jangan sampai menghamburkan sumber daya bangsa untuk hal yang tidak perlu, atau malah hanya sekedar memberi cuan pada pengusaha nakal," tandasnya.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Ini Kronologi Perkelahian Anggota Brimob Vs TNI AL di Sorong

Minggu, 14 April 2024 | 21:59

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Resmi Tersangka KPK

Selasa, 16 April 2024 | 07:08

Tim Kecil Dibentuk, Partai Negoro Bersiap Unjuk Gigi

Senin, 15 April 2024 | 18:59

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Mau Perang Tapi Kere, Bagaimana?

Senin, 15 April 2024 | 12:34

UPDATE

Kejagung Jangan Goyang Usut Kasus Timah

Rabu, 24 April 2024 | 14:05

Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas KPK

Rabu, 24 April 2024 | 13:58

Nathan Diizinkan Kembali Membela Garuda Muda, Erick Thohir Berterima Kasih kepada Suporter

Rabu, 24 April 2024 | 13:54

Perindo Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran

Rabu, 24 April 2024 | 13:53

Senat AS Loloskan Paket Bantuan Rp1.535 Triliun untuk Ukraina, Israel, dan Taiwan

Rabu, 24 April 2024 | 13:51

Prabowo: Saya Manusia dan Pernah Bikin Salah, Saya Minta Maaf

Rabu, 24 April 2024 | 13:46

Prabowo: Terima Kasih Pak Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 13:46

Anies Respons Sindiran Prabowo soal Senyuman Berat: Biasa Saja

Rabu, 24 April 2024 | 13:45

Ratu Adil Ajak Seluruh Elemen Bangsa Lakukan Rekonsiliasi Nasional

Rabu, 24 April 2024 | 13:29

Pemerintah Australia Resmikan Fase Baru Program Investing in Women di Jakarta

Rabu, 24 April 2024 | 13:26

Selengkapnya