Berita

Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Gerindra, Andre Rosiade/Net

Politik

Hitungan Andre Rosiade, Harga PCR Bisa Ditekan ke Angka Rp 200 Ribu

SELASA, 09 NOVEMBER 2021 | 14:26 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Harga PCR di Indonesia yang dipatok berada di bawah Rp 300 ribu dinilai masih bisa untuk ditekan lagi. Bahkan idealnya dinilai berada di bawah Rp 200 ribu.

Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Gerindra, Andre Rosiade bahkan menyebut bahwa harga mahal pada bulan Maret dan April 2021 lalu seharusnya sudah di bawah Rp 200 ribu.

"Saya ingin tegaskan, bahwa harga PCR di Indonesia seharusnya bisa di bawah Rp 200 ribu,” tegasnya kepada wartawan, Selasa (9/11).


Andre mengingatkan bahwa harga PCR di Indonesia sudah mengalami perubahan yang signifikan sejak awal pandemi. Mulai dari Rp 2,5 juta, Rp 900 ribu, lalu turun menjadi Rp 495 ribu, dan saat ini menjadi Rp 275 ribu.

Menurutnya, berdasarkan struktur biaya tes PCR yang dia pelajari, harga tes bisa ditekan lagi. Rinciannya, ada beberapa komponen yang dibutuhkan laboratorium untuk melakukan tes PCR.

Pertama, mesin ekstraksi dan mesin PCR untuk menguji spesimen. Harga mesin tersebut sekitar Rp 250 juta, bukan miliaran rupiah sebagaimana informasi yang beredar selama ini.

Bahkan saat ini banyak pabrik mesin PCR meminjamkan mesinnya, sehingga laboratorium hanya butuh membeli perlengkapan teknis.

“Jadi investasi Rp 250 juta nggak perlu-perlu amat, sudah ada opsi itu sekarang," kata Andre.

Selanjutnya, perlengkapan seperti VTM, ekstraksi kit, dan PCR kit (reagen) sudah banyak diproduksi lokal, termasuk BUMN farmasi.

"Ini di luar mesin. Menurut informasi yang saya terima VTM itu bisa didapatkan dengan harga Rp 10.000. Ekstraksi kit, ada lima macam cairan harganya Rp 25.000. Ketiga ada PCR kit, harga reagennya Rp 65.000. Kalau dihitung itu totalnya Rp 100.000, bisa lebih murah lagi," urainya.

Ketiga, tentang biaya tenaga medis, alat pelindung diri (APD), dan biaya lain. Jika pabrik-pabrik menggratiskan mesinnya, maka laboratorium hanya butuh beli perlengkapan Rp 100 ribu dan ditambah biaya nakes dan APD yang totalnya Rp 70 ribu.

“Otu kan ketemu harga di bawah Rp 200 ribu. India saja bisa Rp 130 ribu, kenapa di Indonesia bisa Rp 2,5 juta, Rp 1 juta," tutupnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya