Berita

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat (PD) Herzaky Mahendra Putra/Net

Politik

Hasto Kritik SBY Gelontorkan Rp22 Triliun untuk Bansos, Demokrat: Berarti Dia gak Pro Rakyat Miskin

SENIN, 01 NOVEMBER 2021 | 19:31 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Partai Demokrat menyayangkan pernyataan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristyanyo atas kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang membelanjakan APBN sebesar Rp 22 Triliun untuk bantuan sosial (Bansos) menjelang Pemilu 2009.

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat (PD) Herzaky Mahendra Putra mengatakan, jika bahwa tudingan Hasto terhadap SBY dan pemerintahannya kala itu menyiratkan dirinya tidak pro terhadap rakyat miskin.

Herzaky bahkan menyidir, jika Hasto tak rela uang negara untuk makan rakyat, apakah lebih setuju uangnya dikorupsi seperti yang dilakukan oleh sesama kader PDI Perjuangan Juliari Batubara.


“Kalau Hasto tidak setuju dengan bansos digelontorkan di era bapak SBY, berarti Hasto anti membantu rakyat miskin. Apa Hasto setujunya maling Bansos seperti teman satu partainya, Juliari Batubara. Jadi Mensos malah garong bansos untuk rakyat kecil di tengah pandemi?” kata Herzaky kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin malam (1/11).

Menurut Herxaky, jika Rp 22 triliun uang negara digelontorkan untuk memberi makan masyarakat jauh lebih baik dibandingkan dengan menggelontorkan uang negara sebesar Rp 27 triliun untuk pembangunan kereta cepat yang dinilai hanya menguntungkan segelintir elit.

“Lebih baik menggelontorkan bansos sebesar 22 T untuk membantu rakyat kecil, daripada menggelontorkan 27 T untuk kereta cepat yg hanya akan dipakai segelintir elit,” ujarnya.

Dikatakannya, Presiden SBY saat menjalankan pemerintahannya memiliki fokus terhadap kemiskinan, sehingga menggelontorkan puluhan triliun untuk bansos maupun program lain yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan.  

“Membantu rakyat susah, sampai 8 juta keluar dari garis kemiskinan, beda jauh dibandingkan era sekarang yang hanya mampu mengurangi 2 jutaan penduduk miskin di lima tahun pertama.  Dulu era Bapak SBY, membantu mengurangi pengangguran sampai 3 juta penduduk. Beda dengan sekarang yang mentok di 100 ribuan saja selama lima tahun pertama,” ungkapnya.

“Sekarang, rakyat banyak yang susah, negara kondisi keuangannya susah. Utangnya membengkak terus, berkali-kali lipat dibandingkan era Bapak SBY.  Bangun infrastruktur 10 triliun pakai hutang, nggak laku, dan dijual hanya 2 triliun. Malah di tengah pandemi, yang kaya makin kaya, apalagi yang dapat banyak cuan dari bisnis terkait pandemi seperti bisnis PCR Swab hasil investigasi salah satu media nasional,” tambah Herzaky.

Jadi, menurutnya, jangan mengalihkan perhatian. Saat era Presiden SBY berkuasa dua periode rakyat senang dan bahagia, kondisi ekonomi negara sangat baik. APBN naik empat kali lipat lebih dibandingkan era sebelumnya.

Disisi lain, bagi Herzaky, tudingan Hasto bahwa SBY menggunakan bansos untuk Pemilu 2009 sangatlah serius dan harus dipertanggungjawabkan. Jika tidak, bisa dikatakan fitnah.

“Sudah terang-benderang kadernya Hasto yang curang dan berupaya memanipulasi di Pemilu 2019 dengan menyogok komisioner KPU, malah menuduh Demokrat dan Bapak SBY terus.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya