Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Enaknya Jadi Bandar Sawit Indonesia

KAMIS, 28 OKTOBER 2021 | 03:25 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

MEMANG luar biasa keuntungan para bandar sawit. Ini adalah bisnis dengan berbagai insentif, fasilitas, serta kemudahan berinvestasi. Belum lagi dukungan besar lain Pemerintah Indonesia.

Sawit memperoleh konsesi lahan dalam jumlah sangat luas. Lebih dari 13 juta hektare. Luas lahan sawit 21 kali luas Pulau Bali. Dialokasikan kepada perusahaan-perusahaan swasta milk para raja sawit; oligarki kelas atas di Republik ini.

Bisnis ini mendapatkan subsidi lebih dari Rp 40 triliun dari uang negara. Bisnis yang telah dicap sebagai biang kerok kerusakan hutan tropis nomor satu di dunia, malah mendapatkan subsidi dari uang negara. Padahal uang tersebut cukup untuk mencicil upaya pemulihan hutan hutan yang mereka hancurkan.


Tidak hanya subsidi langsung, para bandar sawit juga mendapatkan subsidi harga yang diperoleh dari pembelian wajib yang ditetapkan dengan regulasi. Pembelian mandatari oleh negara dilakukan dengan memaksakan pencampuran 20 persen ke 30 persen hingga penggunaan penuh sebagai bahan bakar pengganti solar. Alasannya: bauran energi.

Menjadikan sawit sebagai bahan bakar terbarukan tidak masuk akal dari sisi lingkungan hidup. Tidak sebanding dengan lingkungan yang mereka hancurkan yang menjadikannya sebagai bahan bakar.  

Tak hanya itu, sawit ini bahan makanan. Mengubahnya menjadi bahan bakar di sebuah negeri di mana penduduknya sebagian masih menggoreng dengan minyak jelantah karena kemiskinan mereka adalah sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan.

Menjadikan sawit sebagai tumpuan energi terbarukan adalah cara licik untuk menguras kantong PT Pertamina. Perusahaan ini dipaksa membeli fame sawit dan mendistribusikannya sebagai solar subsidi yang ongkosnya ditalangi terlebih dahulu oleh Pertamina.

Bagian yang paling dinikmati para bandar sawit ini adalah keharusan Pertamina untuk membeli sebagai campuran B30. Sebanyak 9 juta ton fame telah membawa solar diesel sebagai bahan bakar dengan konsumsi paling besar, yakni 30 juta kilo liter.

Sebanyak 16 juta kilo liter solar subsidi ditanggung dan disalurkan Pertamina. Hal ini menyebabkan kantong Pertamina jebol. Saat bandar sawit kehilangan pasar di Eropa, mereka mendapatkan pasar empuk lewat Pertamina.

Sedangkan tunggakan subsidi solar, yang menjadi utang paling besar pemerintah kepada Pertamina, entah kapan dibayar. Mereka para bandar ini mau menjajah Indonesia sampai kapan?

Jadi, singkat cerita, menjadi bandar sawit di Indonesia adalah nikmat paling besar. Mereka mendapatkan hutan dan kayu, mendapatkan lahan, pasar, dan subsidi. Bahkan mendapatkan citra sebagai penyedia bahan bakar terbarukan.

Penulis adalah peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya