Berita

Gambar menunjukkan anak-anak pengungsi yang tinggal di sebuah tenda darurat yang dibangun di taman di Kabul/RMOL

Dunia

Cerita Pahit Dari Afghanistan, Delapan Anak Yatim Piatu Meninggal Dunia Karena Kelaparan Ekstrem

MINGGU, 24 OKTOBER 2021 | 22:52 WIB | LAPORAN: ABDUL MANSOOR HASSAN ZADA

Afghanistan butuh bantuan kemanusiaan yang mendesak. Pasalnya, tidak sedikit warga yang mengalami penderitaan akibat kekurangan pasokan, terutama pangan, untuk menyambung hidup.

Kabar pilu terbaru datang dari di wilayah barat Kabul. Sebanyak delapan anak meninggal dunia baru-baru ini karena mengalami kelaparan parah. Kedelapan anak itu tidak memiliki wali atau pencari nafkah. Mereka tinggal di kota Etefaq, di distrik ke-13 Kabul, di dataran Barchi.

Jasad mereka dimakamkan oleh Mohammad Ali Bamiani, seorang ulama dan orator di salah satu masjid di Kabul barat. Bamiani mengatakan bahwa tetangga mereka sebelumnya telah memberi anak-anak tersebut roti dan makanan. Menurut Bamyani, anak-anak yang terdiri dari empat anak laki-laki dan empat anak perempuan itu meninggal karena mengalami kelaparan parah. Jasad mereka kemudian dimakamkan oleh penduduk setempat di pemakaman umum di kaki Gunung Qorgh.

Menurut Bamiani, anak-anak ini baru saja kehilangan orang tua mereka. Ayah dari kedelapan anak itu lumpuh dan memiliki tumor di kepalanya. Ia pun meninggal dunia beberapa bulan lalu karena penyakitnya tidak ditangani secara medis akibat kemiskinan yang ia alami.  

Sementara itu, ibu mereka juga mengalami penyakit jantung dan semakin buruk setelah kepergian suaminya, yang adalah ayah dari kedelapan anak itu. Sang ibu pun meninggal dunia tidak lama berselang, di rumah sakit Ibnu Sina.

Akibatnya, kedelapan anak itu harus menghadapi kenyataan pahit ditinggal pergi oleh kedua orangtuanya dalam waktu berdekatan dan menjadi yatim piatu.

Anak-anak itu sempat berupaya mencari nafkah dengan bantuan penduduk setempat. Namun karena masih sangat kecil, mereka belum mampu menghidupi diri sendiri dan menyelamatkan diri dari kemiskinan dan kelaparan yang ekstrem. Anak tertua dari delapan bersaudara itu masih berusia 11 tahun dan yang termuda masih berusia kurang dari tiga tahun.

Meski sempat dibantu oleh tetangga, namun hidup mereka tidak terselamatkan karena kemiskinan ekstrem yang tidak ada otoritas setempat yang memberikan perhatian pada mereka.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Samsudin Pembuat Konten Tukar Pasangan Segera Disidang

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:57

Tutup Penjaringan Cakada Lamteng, PAN Dapatkan 4 Nama

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:45

Gerindra Aceh Optimistis Menangkan Pilkada 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:18

Peringatan Hari Buruh Cuma Euforia Tanpa Refleksi

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:55

May Day di Jatim Berjalan Aman dan Kondusif, Kapolda: Alhamdulillah

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:15

Cak Imin Sebut Negara Bisa Kolaps Kalau Tak Ada Perubahan Skenario Kerja

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:39

Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Kami On Track Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:16

TKN Fanta Minta Prabowo-Gibran Tetap Gandeng Generasi Muda

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:41

Ratusan Pelaku UMKM Diajari Akselerasi Pasar Wirausaha

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:36

Pilgub Jakarta Bisa Bikin PDIP Pusing

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:22

Selengkapnya