Berita

Jalan tol/Net

Politik

Jalan Tol Bisa Dibeli Swasta Itu Tanda Negara Dikuasai Kelompok Neolib

MINGGU, 10 OKTOBER 2021 | 10:43 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Rezim Joko Widodo dianggap hanya akan jadi "mandor" dan "tukang gebuk" karena membangun infrastruktur yang dibutuhkan rakyat, akan tetapi dijual kembali kepada pihak swasta.

Begitu kata Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto menanggapi infrastruktur jalan tol yang dijual rezim Jokowi ke pihak swasta.

"Akses publik atau pelayanan publik bisa dikuasai swasta asing atau lokal itu pertanda sebuah negara sudah dikuasai oleh kelompok neoliberal," ujar Satyo kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (10/10).

Negara yang sudah dikuasai oleh kelompok neoliberal juga ditandai dengan banyaknya UU yang sudah diubah sedemikian rupa, sehingga memungkinkan swasta dapat menguasai urusan hajat hidup orang banyak. Seperti jalan tol dan sumber daya alam lainnya.

Pada saatnya nanti, yang terhadi adalah rakyat miskin semakin banyak dan orang kaya semakin super kaya karena memiliki power dan sanggup mempengaruhi kebijakan sebuah negara atau pemerintah.

"Kolaborasi itulah yang dinamakan oligarki. Meraka lah kaum neoliberal, penguasaan jalan tol oleh swasta dengan alasan aksi korporasi ataupun dengan alasan perusahaan BUMN terjerat utang karena memang mereka diskenariokan seperti itu," kata Satyo.

Seharusnya pemerintah tidak terlibat dalam bisnis jalan tol. Karena pada akhirnya, pemerintah hanya akan berhadapan dengan rakyat ketika pembebasan lahan dan penentuan harga tol pass. Sementara itu, pihak swasta hanya menunggu diujung menikmati manisnya tarif tol yang dapat naik setiap tiga bulan dengan alasan inflasi dan maintenance.

"Ketika banyak akses publik dikenakan tarif pada akhirnya hanya akan menciptakan cost driver dalam biaya logistik dan membebani masyarakat sebagai end user. Pada akhirnya pemerintah hanya akan jadi 'mandor' dan 'tukang gebug' ketika swasta banyak menguasai sektor yang berhubungan dengan urusan hajat hidup orang banyak," pungkas Satyo.

Populer

BANI Menangkan Anak-Anak Soeharto, OC Kaligis: Kami Gugat dan Lawan

Selasa, 03 Desember 2024 | 15:57

Jokowi Tekor Ratusan Miliar di Pilkada Jakarta

Senin, 02 Desember 2024 | 01:26

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Indahnya Seragam Warna Cokelat

Sabtu, 30 November 2024 | 09:37

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Lebih Mulia Dagang Es Teh daripada Dagang Agama

Rabu, 04 Desember 2024 | 06:59

PDIP: Terima Kasih Warga Jakarta dan Pak Anies Baswedan

Jumat, 29 November 2024 | 10:39

UPDATE

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan dan Karhutla

Rabu, 04 Desember 2024 | 18:09

Milad ke-48 GAM, Bendera Bulan Bintang Berkibar di Lhokseumawe

Rabu, 04 Desember 2024 | 18:07

Rezeki Nomplok Sunhaji Bukan Karena Mulut Kotor Gus Miftah

Rabu, 04 Desember 2024 | 17:48

Tiongkok Minta Kampus Sediakan Mata Kuliah Love Education

Rabu, 04 Desember 2024 | 17:39

Pilkada Ulang Dijadwalkan Agustus 2025, Ketua Komisi II: Lebih Cepat Lebih Baik

Rabu, 04 Desember 2024 | 17:31

Banjir dan Longsor Landa 20 Kecamatan di Sukabumi, Korban Hilang Masih Dicari

Rabu, 04 Desember 2024 | 17:30

Jokowi, Gibran dan Bobby Sudah Bukan Lagi Bagian PDIP

Rabu, 04 Desember 2024 | 17:25

Belum Resmi Meluncur, BYD Denza D9 Sudah Dipesan Ratusan Unit

Rabu, 04 Desember 2024 | 17:14

Pemilihan Ulang di Daerah Kotak Kosong Menang Digelar 27 Agustus 2025

Rabu, 04 Desember 2024 | 17:12

Mengapa BUMN Bangkrut? Perlu Bank Pantai Selatan untuk Pulih

Rabu, 04 Desember 2024 | 17:08

Selengkapnya