Perdana Menteri Su Tseng-chang/Net
Provokasi China yang meningkat di wilayah Taiwan semakin membuat sejumlah pihak di negara itu khawatir, termasuk Perdana Menteri Su Tseng-chang.
Dalam pernyataan terbarunya Tsu meminta seluruh pihak di Taiwan agar meningkatkan kewaspadaan melihat semakin gencarnya China melakukan kegiatan militer berulang kali di wilayah mereka.
"Taiwan harus waspada. China semakin di atas," kata Su kepada wartawan di Taipei, seperti dikutip dari
Reuters, Selasa (5/10).
"Dunia juga telah melihat pelanggaran berulang China terhadap perdamaian regional dan tekanan terhadap Taiwan," ujarnya.
Taiwan, katanya, perlu memperkuat dirinya sendiri dan bersatu menjadi satu kesatuan.
"Hanya dengan begitu negara-negara yang ingin mencaplok Taiwan tidak berani dengan mudah menggunakan kekuatan. Hanya ketika kita membantu diri kita sendiri, orang lain dapat membantu kita," tambahnya.
Dalam sebuah artikel untuk majalah AS,
Foreign Affairs, yang dirilis pada Selasa, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan jatuhnya Taiwan ke China akan memicu konsekuensi 'bencana' bagi perdamaian di Asia.
Oleh karena itu Tsai telah menjadikan modernisasi angkatan bersenjata sebagai prioritas, dengan fokus pada penggunaan senjata bergerak baru, tujuannya untuk membuat serangan apa pun oleh China menjadi semahal mungkin, mengubah Taiwan menjadi 'landak'.
"Taiwan tidak mencari konfrontasi militer, tetapi jika demokrasi dan cara hidupnya terancam, Taiwan akan melakukan apa pun untuk mempertahankan diri," kata Tsai.
Taiwan telah hidup di bawah ancaman invasi sejak pemerintah Republik China yang kalah melarikan diri ke pulau itu pada tahun 1949 setelah kalah dalam perang saudara dengan Komunis.
Tidak ada perjanjian damai atau gencatan senjata yang pernah ditandatangani antara kedua pihak.