Berita

Wendy Melfa/Ist

Publika

Pemerintahan = Buah Partai Politik

Oleh: Wendy Melfa
SELASA, 05 OKTOBER 2021 | 13:55 WIB

FENOMENA gelombang eksodus kader Partai Politik (Parpol), “loncatnya" kader Parpol ke Parpol yang lainnya, mundur atau bergabungnya sosok figur/tokoh dari atau ke dalam Parpol, dalam perjalanan kehidupan Parpol di tanah air ini adalah hal yang biasa.

Kemudian menjadi terbiasa dan pada akhirnya menjadi biasa saja. Anak muda sekarang sebut dengan istilah be ajaa.

Juga ada banyak motivasi dan alasan hingga fenomena itu terjadi, meskipun ada banyak yang melihatnya dari perspektif ada apa atau motivasi apa. Tulisan ini lebih memilih pada substantif yang sepatutnya untuk diingatkan kepada rakyat yang sejatinya adalah pengendali sekaligus pemilik demokrasi.

Pemerintahan Konstitusi


Pemerintahan pada substansinya adalah fungsi-fungsi kelembagaan yang berkaitan dengan fungsi eksekutif (Kepala Pemerintahan) dan/fungsi legislatif (DPR/D) pada tingkatannya.

Mekanisme demokrasi yang disepakati dan menjadi landasan konstitusi untuk menetapkan siapa saja yang mendapat mandat dari rakyat untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut adalah sebuah pemilihan umum dalam arti kedaulatannya ada pada rakyat dan pemegang saham utamanya (kalau tidak mau disebut pemegang saham tunggal). Mekanisme tersebut adalah Partai Politik.

Hal itu terjadi karena Konstitusi kita “hanya” memberikan ruang kepada Parpol (yang memenuhi syarat) yang dapat sebagai peserta mekanisme pemilihan untuk rekruitmen orang-orang yang akan menjalankan fungsi eksekutif atau legislatif.

Hanya untuk Pilkada diberikan kesempatan bagi calon perseorangan (independen) dapat ikut serta. Namun bila dilihat dari tingkat keberhasilan dalam memenangkan pemilihannya terbilang sangat kecil sekali prosentasinya. Artinya secara pragmatis Parpol lebih mendominasi urusan dimaksud.

Dari perspektif Konstitusi, dapat dipahami bahwa secara umum iklim dan cara menjalankan Pemerintahan adalah juga dapat mencerminkan kondisi ke-Partai Politik-an sesuai tingkatannya.

Baik atau kurang baiknya kinerja dalam menjalankan Pemerintahan, aspiratif atau tidaknya, demokratis dalam arti luas atau tidaknya dalam melibatkan stakeholder dalam menjalankan fungsinya sejatinya adalah refleksi dari sikap atau kondisi dari Parpol yang ada sesuai tingkatannya.

Cermin Parpol

Sebagai “pemegang saham tunggal”, Parpol lah yang mempersiapkan, melahirkan, mengontrol sekaligus mendapatkan “keuntungan” baik secara politik dan atau lainnya dari menempatkan kader partai. Atau selain itu yang diusulkan untuk dipilih rakyat untuk menjalankan fungsi-fungsi Pemerintahan, baik pada tataran Eksekutif maupun Legislatif.

Oleh sebab itu rakyat sejatinya sebagai pemegang kedaulatan berhak untuk memberikan penilaian baik secara etik, kinerja, dan perspektif kemanfaatan atas fungsi-fungsi yang dijalankan tersebut.

Pada gilirannya nanti berhak memberikan ponten penilaian sekaligus reward atau punishment atas keberhasilan atau kegagalan yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat, karena di situlah goal (tujuan) dari dijalankannya fungsi pemerintahan.

Silent punishment terberat dari rakyat sebagai pemegang kedaulatan adalah dalam bentuk “tidak memilih” Parpol tersebut pada agenda pemilihan umum berikutnya. Dan inilah sesungguhnya yang paling dikhawatirkan oleh Parpol, hilangnya “trust” dari pemilih sebagai pemegang kedaulatan.

Era digital seiring dengan meningkatnya kesadaran politik sebagai dampak pendidikan politik baik secara langsung atau tidak dari media dan Parpol, menyebabkan bertumbuhnya kecerdasan politik rakyat.

Inilah yang patut dijadikan pertimbangan utama Partai Politik dalam merekrut dan menempatkan “orang Parpol” untuk menempati posisi dan jabatan, baik di internal Parpol terlebih lagi untuk posisi jabatan publik.

Sejatinya kita tidak perlu risau dalam dalam merespons fenomena gelombang eksodus kader Partai Politik (Parpol), “loncat”nya kader Parpol dari Parpol satu ke yang lainnya, mundur atau bergabungnya sosok figur/tokoh dari atau ke dalam Parpol.

Sebuah natural mecanism dari rakyat sebagai pemegang kedaulatan akan membantu Parpol sekaligus akan mengevaluasi manakala Parpol tidak hati-hati dalam menempatkan sosok figur di dalamnya.

Penulis adalah Pengasuh RuDem (Ruang Demokrasi)

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya