Berita

Orang-orang Haiti di kamp pengungsi di Del Rio, jumlah mereka dengan cepat membengkak menjadi ribuan/Net

Dunia

Pengusiran Migran Haiti di Perbatasan Texas Tidak Manusiawi, Duta Besar AS Mengundurkan Diri

JUMAT, 24 SEPTEMBER 2021 | 06:24 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pengusiran migran asal Haiti baru-baru ini telah membuat utusan khusus AS untuk Haiti kecewa. Daniel Foote yang baru saja menjabat pada Juli lalu mengecam tindakan 'tidak manusiawi' pemerintah AS dan memutuskan untuk mengundurkan diri.  

Dalam sebuah surat kepada Menteri Luar Negeri Antony Blinken, Duta Besar Daniel Foote mengatakan kekecewaannya yang mendalam atas situasi tersebut. Ia mengajukan pengunduran dirinya dan menyampaikan permintaan maaf kepada warga migran yang mencari perubahan dalam hidupnya dengan mencari suaka.

Foote menyebut kebijakan pemerintahan Biden di Haiti 'sangat cacat' dan rekomendasinya mengenai migran dikesampingkan.

"Saya tidak akan mencampurbaurkan keputusan Amerika Serikat yang tidak manusiawi dan kontraproduktif untuk mendeportasi ribuan pengungsi Haiti dan imigran ilegal ke negara asalnya," isi surat Foote yang ditujukan kepada Menteri Luar Negeri Antony Blinken, yang diperoleh CBS News.

Haiti, negara miskin di Kepulauan Karibia yang baru pulih dari gempa bumi yang mematikan, dilanda ketidakstabilan politik, dan ketidakamanan yang meluas. Warga haiti banyak yang ingin mengubah kehidupan mereka dengan mencari suaka di Texas, Amerika.

Hampir 14.000 migran Haiti berkumpul di perbatasan Del Rio  sejak beberapa minggu belakangan. Gerombolan itu membuat para pejabat Patroli Perbatasan kewalahan. Para pengungsi melintasi perbatasan Meksiko, menyeberangi sungai dan mengerubung di sekitar jembatan Del Rio.
 
Foote mengatakan, "Orang-orang di Haiti saat ini dalam kondisi terperosok dalam kemiskinan, sandera teror, penculikan, perampokan, dan pembantaian geng bersenjata dan penderitaan di bawah pemerintahan yang korup dengan aliansi geng."

Sementara mereka membutuhkan perlindungan, AS justru melakukan pengusiran yang disebutnya 'cara yang tidak manusiawi'.

Ribuan migran kekurangan makanan, tidak ada tempat tinggal, dan tanpa uang, ini sebenarnya tragedi manusia yang dapat dihindari jika ada negara yang bersedia mengulurkan tangannya, menurut Foote.

Jumlah migran asal Haiti semakin bertambah setiap harinya. Pemerintahan Biden memulai penerbangan deportasi pada hari Minggu (20/9) untuk mengembalikan mereka ke Haiti.

Mereka yang masih berada di kamp itu hidup dalam kondisi yang mengerikan di sebuah perkemahan yang memprihatinkan.

John Rourke, seorang veteran Angkatan Darat yang melakukan perjalanan ke Del Rio untuk mengambil sampah di perkemahan dengan kelompok dokter hewan untuk sebuah penelitian, mengatakan bahwa misi mereka berubah menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda ketika mereka tiba.

"Kami beralih dari memungut sampah menjadi menarik orang dari sungai," kata Rourke kepada Fox News. Ia membantu orang-orang yang menyusuri sungai dengan kondisi badan kedinginan untuk mencapai daratan di bawah jembatan Del Rio.

“Saya melihat orang-orang memandikan bayi di sungai, anak-anak kecil mengasuh bayi, tidur di tanah, kedinginan, kelaparan, semut merah di mana-mana, anjing liar bergentayangan di dekat mereka. Orang-orang benar-benar merobohkan pohon dan tenda seadanya dan tidur di bawahnya," katanya

Rourke mengatakan orang-orang Haiti itu melakukan perjalanan jauh untuk menuju perbatasan Texas, mencari kehidupan baru di Amerika, mereka mencoba memasuki AS sekarang karena mendengar keputusan pemerintahan Biden dengan terbukanya pintu bagi migran.​​

“Mereka mengatakan kepada saya secara langsung alasan mengapa (mereka) di sini adalah karena Joe Biden mengizinkan mereka untuk datang. Mereka berkata; 'Dia pria yang sangat rendah hati, dia memiliki hati yang besar, dia mencintai orang-orang Haiti, dan kami mencintainya'," Rourke menirukan ucapan para migran yang ditemuinya.

"Itu seperti sebuah kampanye. Semua orang di sana berbicara tentang Joe Biden. Mereka mencintainya,” kata Rourke lagi.

Tetapi apa yang dilakukan Biden untuk mereka? Patroli Perbatasan dikerahkan untuk mengusir mereka.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya