Berita

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson/Net

Dunia

Soal AUKUS, Boris Johnson Minta Prancis Bisa Mengatasi Kemarahannnya

KAMIS, 23 SEPTEMBER 2021 | 06:26 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Reaksi marah Prancis terhadap kemitraan AUKUS mulai membuat Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kesal.

Dalam sebuah pernyataan di hadapan wartawan di Washington pada Rabu (22/9), Johnson menyentil Prancis dengan mengatakan negara itu harus bisa mengatasi kemarahannya.

“Saya hanya berpikir, sudah waktunya bagi beberapa teman tersayang kita di seluruh dunia untuk prenez un grip (mengambil kendali) tentang semua ini dan donnez-moi un break (biarkan aku istirahat)," kata Johnson menggunakan penggalan bahasa Prancis, seperti dikutip dari Sky News.

Tersirat pesan dari kata-katanya itu sebagai, 'lupakan sajalah!'. Menurutnya, kesepakatan itu pada dasarnya merupakan langkah maju yang bagus untuk keamanan global.

Jhnson bersikeras bahwa perjanjian tiga arah antara Australia, Inggris, dan AS, tidak mencoba untuk membebani siapa pun, bahkan tidak untuk menciptakan permusuhan dengan China.

"Aliansi AUKUS, adalah tiga sekutu yang berpikiran sama yang berdiri bahu-membahu dan menciptakan kemitraan baru untuk berbagi teknologi," katanya.

Pernyataan Johnson di Washington tampaknya sangat berbeda ketika dua hari sebelumnya ia menyebut bahwa cinta dan kekagumannya untuk Prancis takkan terhapuskan, memuji hubungan persahabatan Anglo-Prancis.

Prancis sangat marah karena Australia membatalkan kesepakatan besar yang dimilikinya dengan Paris demi memperoleh kapal selam bertenaga nuklir dari AS dan Inggris di bawah inisiatif AUKUS.

Kemarahan Prancis berujung pada penarikan duta besar mereka dari Canberra dan Washington, serta secara simbolis membatalkan perayaan Pertempuran Capes, kemenangan angkatan laut Prancis tahun 1781 atas Inggris yang membantu Amerika memperoleh kemerdekaannya.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison, bagaimanapun, bersikeras bahwa dia telah menjelaskan dengan sangat jelas kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron pada bulan Juni bahwa membatalkan kesepakatan selalu ada kemungkinan, dan bahwa Paris diberitahu sebelum pengumuman.  

Sebuah pernyataan yang kemudian dibantah oleh Prancis.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pilkada 2024 jadi Ujian dalam Menjaga Demokrasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:52

Saling Mengisi, PKB-Golkar Potensi Berkoalisi di Pilkada Jakarta dan Banten

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:26

Ilmuwan China Di Balik Covid-19 Diusir dari Laboratoriumnya

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:54

Jepang Sampaikan Kekecewaan Setelah Joe Biden Sebut Negara Asia Xenophobia

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:43

Lelang Sapi, Muzani: Seluruh Dananya Disumbangkan ke Palestina

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:35

PDIP Belum Bersikap, Bikin Parpol Pendukung Prabowo-Gibran Gusar?

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:16

Demonstran Pro Palestina Capai Kesepakatan dengan Pihak Kampus Usai Ribuan Mahasiswa Ditangkap

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:36

PDIP Berpotensi Koalisi dengan PSI Majukan Ahok-Kaesang di Pilgub Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:20

Prabowo Akan Bentuk Badan Baru Tangani Makan Siang Gratis

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:50

Ribuan Ikan Mati Gara-gara Gelombang Panas Vietnam

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:29

Selengkapnya