Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Diplomat: Justru Orang Eropa-lah yang Seharusnya Belajar dari Rusia tentang Apa Itu Demokrasi dan Pemilu

SENIN, 20 SEPTEMBER 2021 | 06:24 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Rusia adalah negara yang merdeka, mandiri, dan tidak mengijinkan pihak mana pun mencampuri urusan dalam negeri negara itu. Begitu juga dengan penyelenggaraan pemilihan umum, tak seorang pun yang boleh mengutak-atik kebijakan pemerintah mengenai hal ini.

Upaya Parlemen Eropa (EP) untuk 'menceramahi orang-orang Rusia' adalah sebuah penghinaan terhadap kecerdasan dan kemampuan berpikir secara independen. Perwakilan Tetap Rusia untuk Uni Eropa (UE) Vladimir Chizhov mengatakan hal itu pada Minggu (19/9), ketika mengomentari resolusi EP baru-baru ini.

Chizhov justru menilai, negara-negara UE yang seharusnya belajar dari Rusia tentang bagaimana menyelenggarakan pemilihan umum dengan transparan.

“Terlihat sekali bahwa gagasan utama dari seluruh resolusi tersebut seperti menunjukkan bahwa Rusia memiliki pemerintahan, presiden, dan parlemen yang jahat. Lalu, mereka mencoba membantu orang-orang Rusia yang sedang berusaha mencari demokrasi, untuk menemukan 'jalan menuju cahaya'," ujar Chizhov.

Ia menilai, sikap seperti itu adalah arogan.

"Saya yakin, banyak orang di negara kita menganggap resolusi itu sebagai penghinaan terhadap kecerdasan dan kemampuan mereka untuk berpikir secara mandiri," katanya, menambahkan bahwa ternyata orang-orang itu tidak mengenal Rusia dengan baik.

Chizhov mengatakan, Resolusi EP lebih banyak mengintervensi urusan internal negara Rusia yang berdaulat. Ia mengajak orang-orang untuk ikut mencermati isi resolusi itu, yang disebutnya mengintervensi segala aspek kehidupan sebuah negara, termasuk bagaimana Rusia harus mengubah undang-undang pemilihan umum.

Parlemen Eropa telah mengadopsi laporan anggotanya dari perwakilan Lithuania, Andrus Kubilus, yang menyerukan kebijakan yang lebih keras terhadap Rusia, dan mendesak Uni Eropa untuk meninjau hubungannya dengan Rusia.

Laporan itu juga menyatakan bahwa negara-negara UE harus siap untuk tidak mengakui hasil pemilihan Duma Negara jika terdapat pelanggaran prosedur demokrasi dan hukum internasional.

Rusia menyelesaikan rangkaian pemungutan suara yang telah berlangsung selama tiga hari pada Minggu (19/9).

Rusia mengeluhkan adanya cammpur tangan dari pihak AS dan negara-negara Eropa terhadap pemilihan ini.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Resmi Tersangka KPK

Selasa, 16 April 2024 | 07:08

Tim Kecil Dibentuk, Partai Negoro Bersiap Unjuk Gigi

Senin, 15 April 2024 | 18:59

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

UPDATE

Koalisi PAN dan Gerindra Kota Bogor Berlanjut di Pilwalkot 2024

Jumat, 26 April 2024 | 05:34

Budidaya Nila Salin di Karawang Hasilkan Omzet Puluhan Miliar

Jumat, 26 April 2024 | 05:11

Soal Pertemuan Prabowo-Mega, Gerindra: Sedang Kita Bangun, Insya Allah

Jumat, 26 April 2024 | 04:51

Puluhan Motor Hasil Curian

Jumat, 26 April 2024 | 04:38

Gerakan Koperasi: Melawan Kapitalisme, Menuju Sosialisme?

Jumat, 26 April 2024 | 04:12

Menang Dramatis Lawan Laskar Taeguk, Tim Garuda Lolos Semifinal Piala Asia U-23

Jumat, 26 April 2024 | 03:33

Guyon PKB-PKS

Jumat, 26 April 2024 | 03:18

Pilot Project Budidaya Udang Tradisional Makin Moncer di Maros

Jumat, 26 April 2024 | 02:57

Gerindra Dukung Ahmad Ali Maju Pilgub Sulteng

Jumat, 26 April 2024 | 02:32

Hasil Jual Motor Curian Digunakan Pelaku untuk Modal Judi Slot

Jumat, 26 April 2024 | 02:11

Selengkapnya