Berita

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres/Net

Dunia

Bantuan Kemanusiaan untuk Afghanistan jadi Perdebatan di Jenewa: Washington Tuntut Jaminan Tertulis, Pakistan Minta Lupakan Masa lalu

SELASA, 14 SEPTEMBER 2021 | 08:53 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Afghanistan saat ini sangat membutuhkan uluran tangan untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang telah melanda negara itu selama beberapa tahun belakangan, dan diperparah sejak Taliban mengambil alih kekuasaan.

PBB memperkirakan, sekitar 606 juta dolar AS yang dibutuhkan Afghanistan saat bantuan asing mulai mengering.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan ia tidak bisa memperkirakan berapa banyak bantuan yang bisa dijanjikan walaupun para pendonor menargetkan 1 miliar dolar AS untuk Afghanistan.

Berbicara selama konferensi donor di Jenewa pada Senin (13/9), Guteres mengatakan perlu mencari sekitar 606 juta AS untuk memenuhi kebutuhan paling mendesak negara itu.

Warga Afghanistan menghadapi kemungkinan yang paling 'berbahaya', yaitu bertahan hidup di tengah kesulitan kehidupan, menurut Guterres dalam sambutannya.

“Sistem keuangan saat ini sangat terbatas, yang berarti bahwa sejumlah fungsi ekonomi dasar tidak dapat dijalankan,” kata Guterres.

Afghanistan menghadapi kekeringan, pengungsian, dan krisis kemanusiaan bahkan sebelum Taliban menggulingkan pemerintah yang didukung Barat di Kabul pada pertengahan Agustus. Saat ini, separuh penduduk bergantung pada bantuan, menurut PBB.

Banyak negara telah menyatakan kesiapan untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Namun, mereka juga ragu-ragu, khawatir ratusan juta dolar yang disumbangkan akan dikuasai Taliban, yang sejauh ini telah menghancurkan harapan internasional. Taliban telah melanggar janjinya untuk pemerintahan yang inklusif dengan menunjuk tim menteri etnis Pashtun yang semuanya laki-laki dan didominasi oleh garis keras dan teroris.

Kepala hak asasi manusia PBB Michelle Bachelet, yang juga hadir di Jenewa, menggarisbawahi kekhawatiran Barat. Dia menuduh Taliban melanggar janji baru-baru ini dengan sekali lagi memerintahkan perempuan untuk tinggal di rumah daripada pergi bekerja, menjauhkan gadis remaja dari sekolah, dan menganiaya mantan lawan.

Terlepas dari kekhawatiran itu, Guterres mengatakan bahwa tidak mungkin memberikan bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan tanpa melibatkan pihak berwenang dalam hal ini kelompok Taliban yang berkuasa.

Untuk itu Guteres menyarankan penting untuk terlibat dengan Taliban pada saat-saat ini.

Washington, lewat perwakilannya menuntut jaminan tertulis dari kelompok militan itu sebagai imbalan atas bantuan kemanusiaan.

"Kata-kata tidak cukup baik. Kita harus melihat tindakan," kata Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield selama konferensi donor, di mana Washington menjanjikan bantuan hampir 64 juta dolar.

Tidak senada dengan AS, China dan Rusia menyatakan bantuan untuk Afghanistan harus dilakukan sepenuhnya untuk kemanusiaan tanpa dibubuhi hal-hal di luar krisis kemanusiaan.  

"AS dan sekutunya memiliki kewajiban yang lebih besar untuk memberikan bantuan ekonomi, kemanusiaan dan mata pencaharian," kata Chen Xu, duta besar China untuk PBB di Jenewa, sepertidikutip dari Reuters.

Senada Moskow dan Beijing, Pakistan juga membela pemberian bantuan untuk Afghanistan.

"Kesalahan masa lalu tidak boleh terulang. Rakyat Afghanistan tidak boleh ditinggalkan," kata Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi, yang negaranya memiliki hubungan dekat dengan Taliban dan kemungkinan besar akan menanggung beban eksodus pengungsi.

Beijing pekan lalu menjanjikan pasokan makanan dan kesehatan senilai 31 juta dolar AS, dan pada hari Jumat (10/9) mengatakan akan mengirim gelombang pertama 3 juta vaksin virus corona.

Demikian juga Pakistan, mereka telah mengirim makanan dan obat-obatan, dan menyerukan agar aset Afghanistan yang dibekukan di luar negeri dibebaskan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya