Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Manfaatkan Sengketa, Manuver China di Laut China Timur untuk Provokasi Pertengkaran Negara Lain

SENIN, 13 SEPTEMBER 2021 | 11:22 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Ada maksud di balik manuver-manuver China terhadap zona pertahanan udara (ADIZ) tetangganya. Beijing memanfaatkan sengketa di antara tetangga dengan memulai provokasi.

Menurut para analis, ada sebuah pola yang dilakukan oleh China ketika melakukan manuver, yaitu "mendorong irisan di antara lawan-lawannya".

Sebuah laporan berjudul "Why China is unleashing ​air assaults on Taiwan and Japan" yang diunggah news.com.au pada Sabtu (11/9), China menggunakan sengketa antara Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.


Ketiganya berada di jalur penerbangan yang sama, dengan klaim wilayah udara yang tumpang tindih.

"Sementara masing-masing negara sejauh ini mengelola masalah dengan caranya masing-masing, masalah ini telah menjadi masalah regional yang berdampak pada ketiga negara," kata laporan itu.

Lembaga think-tank Federasi Ilmuwan Amerika (FAS) mengatakan, pola yang dilakukan oleh Beijing berbahaya.

ADIZ merupakan wilayah udara internasional peninggalan Perang Dingin, ketika pesawat militer diidentifikasi dan dipantau saat mendekati pantai asing. Ini dimaksudkan untuk menjadi zona penyangga.

Berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS), kedaulatan suatu negara membentang 12 mil laut dari garis pantainya. Ini berlaku untuk laut dan udara.

Sayangnya, klaim teritorial yang tumpang tindih dapat menyebabkan kebingungan dan konflik.

"Tetapi Beijing telah menyempurnakan seni memanfaatkan kebingungan ini," tambah laporan tersebut.

Sejak November 2013, China telah mendeklarasikan ADIZ di atas Laut China Timur. Hingga saat ini, ada lebih dari 4400 penerbangan melewati Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan yang kemudian memicu persoalan.

Menurut FAS, China memahami ketegangan antara Taiwan, Korea Selatan, dan Taiwan.

Jepang dan Korea Selatan sama-sama mengklaim kepemilikan pulau di jalur air sempit di antara mereka. Masing-masing menerapkan ADIZ mereka sendiri di area ini.

Jepang dan Taiwan juga sama-sama mengklaim kepemilikan pulau di antara kedua wilayah tersebut. Batas ADIZ individu mereka juga tumpang tindih.

Status quo yang sudah berlangsung lama namun rentan berakhir pada tahun 2013, ketika China mengumumkan akan memberlakukan ADIZ yang mencakup klaim ketiga negara tersebut.

FAS menyebut itu adalah langkah pintar yang dilakukan China.

Dengan melakukan manuver di ADIZ lawan, China memancing pertengkaran mengenai siapa yang memegang tanggung jawab dan kepemilikan atas wilayah udara tersebut.

Salah satu contoh adalah ketika pembom China melewati selat sempit antara Jepang dan Korea Selatan. Pembom Rusia dan pesawat pengintai bergabung dengan mereka.

Sebuah pesawat radar Rusia menembus wilayah udara teritorial di sekitar Pulau Dokdo yang menjadi sengketa Jepang dan Korea Selatan.

Korea Selatan mengerahkan 18 pencegat sebagai tanggapan. Setelah upaya yang gagal untuk mengalihkan jalurnya, sekitar 80 peluru meriam ditembakkan ke udara di depan hidung pesawat Rusia.

Hanya 30 menit kemudian, pesawat kembali. Kali ini para pejuang Korea Selatan harus melepaskan 280 tembakan untuk membuatnya berbalik.

Namun langkah itu membuat Seoul dan Tokyo saling menyerang.

“Alih-alih secara kolektif mengejar insiden dengan China dan Rusia, Korea Selatan dan Jepang secara terbuka menyatakan kemarahan mereka pada yang lain untuk berebut jet sebagai tanggapan, mengklaim yang lain tidak memiliki yurisdiksi untuk melakukannya, meskipun keduanya telah mengacak jet untuk serangan serupa yang menjangkau kedua ADIZ puluhan kali sebelumnya,” kata FAS.

“Perselisihan tentang negara mana yang memiliki hak untuk menanggapi menjadi titik pertikaian lain dalam hubungan yang memburuk secara bertahap," tambahnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya