Berita

Dokumen terkait distribusi bantuan dana untuk konstituen anggota parlemen Kepulauan Solomon dari China/Net

Dunia

Demi Ubah Pengakuan terhadap Taiwan, China "Bayar" 39 Anggota Parlemen Solomon

RABU, 08 SEPTEMBER 2021 | 12:29 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

China dilaporkan telah menggunakan kekuatan ekonominya untuk mempengaruhi kebijakan politik suatu negara lain. Salah satunya untuk mengalihkan pengakuan Kepulauan Solomon dari Taiwan ke China.

Hanya butuh 2 tahun bagi China untuk mengalihkan pengakuan negara berpenduduk 650 ribu orang itu dari Taiwan.

Sebuah laporan dari The Sunday Guardian (TSG) beberapa hari lalu menyebut China telah "membayar" para politisi Solomon untuk mengubah pendiriannya.

Dalam laporan tersebut terungkap sebuah dokumen terkait pendanaan untuk para konstituen parlemen Solomon yang ditandatangani oleh Perdana Menteri Manasseh Sogavare pada 25 Agustus 2021.

“Pada pertemuan Kaukus penuh baru-baru ini, disepakati bahwa sisa bantuan CDF (Dana Pembangunan Konstituensi) RRC sehubungan dengan tahun fiskal 2020 yang diadakan di Rekening ESCROW yang dioperasikan bersama oleh Pemerintah Kepulauan Solomon dan Kedutaan Besar Republik Rakyat China dibayarkan sebagai tambahan NDF (Dana Pembangunan Nasional) untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi Covid-19 konstituen," bunyi dokumen itu.

Dalam lampiran ditunjukkan setiap konstituen mendapatkan tambahan NDF sebesar 200 ribu dolar AS dari China.

"Bantuan" dana itu diberikan kepada 39 dari 50 anggota parlemen. Mereka yang mendapatkan bantuan dikenal mendukung Sogavare, sementara 11 lainnya duduk di kursi oposisi.

Dana Pembangunan Konstituen dikenal sebagai dana gelap yang diberikan secara legal kepada anggota parlemen untuk dibelanjakan bagi konstituen mereka.

Sebelum China, Taiwan juga memberikan pendanaan serupa. Namun pendanaan dari Taiwan diberikan kepada seluruh anggota parlemen, tidak sebagian.

Seorang pengamat berpendapat, 39 anggota parlemen yang mendapatkan bantuan dana dari China merupakan penyangga yang diperlukan untuk mengubah konstitusi. Sogavare sendiri berencana memindahkan pemilu dari 2023 ke 2024, sesuatu yang memerlukan perubahan konstitusi.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya