Seorang pedagang di toko busana muslim di pusat perbelanjaan Golbahar Businness Center bercerita mengenai bisnisnya usai Taliban berkuasa/RMOL
Pengambilalihan kekuasaan di Afghanistan oleh Taliban pada pertengahan Agustus lalu dikhawatirkan oleh banyak pihak akan memicu pembatasan dan aturan ketat bagi wanita, sebagaimana yang telah mereka terapkan pada masa pemerintahan pertama, 25 tahun yang lalu.
Salah satu aturan ketat yang pernah diterapkan di masa jaya Taliban terdahulu adalah wanita diharuskan mengenakan burqa jika keluar rumah. Burqa merupakan busana muslim longgar yang tidak memperlihatkan bentuk lekukan tubuh, dengan kerudung atau penutup kepala yang longgar yang menutupi seluruh tubuh wanita, tidak terkecuali bagian wajah dan mata. Hanya saja di bagian mata, penutupnya berupa semacam jaring untuk membantu penggunannya melihat.
Sebenarnya, hingga saat ini Taliban belum mengumumkan aturan semacam itu lagi, usai mengambil alih kekuasaan pada 15 Agustus lalu. Akan tetapi, aturan yang lebih "longgar" mulai diterapkan dalam skala kecil. Salah satunya aturan yang baru dikeluarkan adalah mewajibkan mahasiswi di universitas swasta untuk mengenakan jilbab, atau dalam bahasa setempat disebut
hejab saat berada di universitas.
Jilbab dalam pengertian setempat adalah busana muslim yang menutupi tubuh wanita serta kerudung atau penutup kepala dengan bagian wajah masih bisa terlihat. Aturan ini berlaku dalam skala universitas swasta.
Akan tetapi, jika aturan semacam itu diberlakukan di seluruh Afghanistan kelak, maka pedagang kain dan busana muslim tampaknya akan "kebanjiran" pesanan. 

Kantor Berita Politik RMOL mencoba mencari tahu lebih dekat situasi itu dengan bertanya langsung kepada salah seorang pedagang di toko busana muslim di pusat perbelanjaan Golbahar Businness Center di Kabul pada akhir pekan ini (Sabtu, 4/9).
Seorang pria penjaga toko busana muslim Al Noor Max Hejab bernama Shiraz mengaku dirinya senang dengan kembalinya pemerintahan Taliban di Afghanistan.
"
Alhamdulillah saya senang, karena pemerintahan Islam mengambil kekuasaan," ujar Shiraz.
Dia pun berharap agar pasar yang sempat sepi akan kembali ramai didatangi pembeli sesegera mungkin.
"Kami senang, segera pasar kami akan menjadi lebih baik dalam beberapa hari," kata sang pedagang itu.
"Orang-orang tidak datang (ke pasar) karena situasi ekonomi yang buruk," jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa sebelum Taliban merebut kekuasaan, tokonya memiliki pelanggan yang sering berbelanja busana muslim. Namun kini, dia berharap agar lebih banyak pelanggan berdatangan.
"Sebelumnya kami memiliki pelanggan pakaian muslim, dan sekarang kami juga memiliki pelanggan kami sendiri," papar Shiraz.
Meski gejolak politik dan keamanan membawa ketidakpastian akan perekonomian Afghanistan ke depannya, namun Shiraz tidak serta merta hilang asa. Dia berharap, pemerintahan Taliban yang baru ke depannya akan membawa pembangunan ekonomi bagi negaranya.
"Sebelumnya kami berada di situasi pasar dan ekonomi yang sangat buruk. Harapan saya adalah mereka (Taliban) bisa membuat kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat dan menciptakan pekerjaan serta membawa perdamaian serta pertumbuhan ekonomi," tambahnya.
Sang pedang pun membagikan sedikit ceritanya di mana belakangan ini mulai banyak pelanggan yang datang ke tokonya untuk membeli busana muslim, namun meminta diskon karena kekurangan uang.
"Sudah 20 hari bank ditutup. Pelanggan kami datang dan mengatakan, kami tidak memiliki uang, tolong beri diskon," cerita Shiraz.
"Meski kami tidak menjual dengan harga mahal, tapi mereka (pelanggan) tidak bisa membeli, mungkin karena uang mereka di bank," tutupnya.