Berita

Nomor Induk Kepegawaian (NIK) Presiden Joko Widodo tersebar di publik usai data PeduliLindungi bocor/Net

Politik

NIK Jokowi Bocor, Komisi IX DPR Minta Pemerintah Tidak Saling Lempar Tanggung Jawab

SABTU, 04 SEPTEMBER 2021 | 09:39 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Pemerintah harus tanggung jawab dan segera menyelesaikan masalah kebocoran data Nomor Induk Kepegawaian (NIK) milik Presiden Joko Widodo (Jokowi) setelah vaksin Covid-19.

"Kementerian/Lembaga yang terkait dengan aplikasi ini harus menyelesaikan masalah ini," kata anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani Aher kepada Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu di Jakarta, Sabtu (4/9).

Menurut Netty, bocornya data Presiden Jokowi ini tentu sangat berbahaya jika digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak bertanggung jawab. Atas dasar itu, kementerian atau lembaga terkait harus tanggung jawab dan tidak boleh saling lempar.


"Saya juga khawatir kebocoran data ini akan menurunkan minat masyarakat terhadap aplikasi PeduliLindungi dan sejenisnya," kata politisi PKS ini.

Netty menambahkan, dengan adanya kebocoran data Presiden Jokowi itu, semakin menunjukkan bahwa data dalam aplikasi yang dibuat pemerintah lemah dan tidak aman.

"Data sekelas kepala negara yang seharusnya sangat terlindungi kerahasiaannya saja bisa bocor, apalagi data rakyat biasa?" pungkasnya.

Nomor Induk Kepegawaian (NIK) Presiden Joko Widodo (Jokowi) bocor di dunia maya setelah vaksin Covid-19. Bocornya NIK Jokowi ini menjadi sorotan banyak kalangan. Pasalnya, NIK adalah data pribadi dan Jokowi merupakan orang nomor satu di Indonesia.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sebelumnya mengakui adanya kebocoran data sertifikat vaksin Presiden Jokowi melalui aplikasi PeduliLindungi.

Menurut Menkes, bocornya data sertifikat vaksin bukan hanya pada Presiden Jokowi, tapi seluruh pejabat negara. Hal itu karena sertifikat vaksin dapat di akses melalui nomor induk kependudukan (NIK).

"Bukan hanya Bapak Presiden saja, tapi banyak pejabat yang NIK-nya sudah tersebar ke luar. Kita menyadari itu sekarang kami akan tutup data para pejabat," ujar Menkes Budi Gunadi di Polda Metro Jaya, Jumat kemarin (3/9).

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya