Berita

Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani/RMOL

Politik

Bantah Zulhas, PPP: Tidak Ada Bahasan Khusus Amandemen UUD 1945 di Istana Negara

RABU, 01 SEPTEMBER 2021 | 13:40 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Pertemuan di Istana Negara antara Presiden Joko Widodo dan petinggi partai politik koalisi tidak membahas amandemen UUD 1945 secara khusus.

Begitu bantahan Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani atas klaim Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan yang menyebut ada pembahasan untuk mengevaluasi amandemen UUD 1945.

"Waktu pertemuan di istana itu tidak dibahas soal amandemen," ujar Arsul Sani di Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (1/9).

Kalau pun ada yang mengusulkan amandemen, kata dia, memang sudah menjadi hal wajar. Tetapi, jika disebutkan dibahas dalam pertemuan di Istana Negara, hal ini tidak bisa dibenarkan.

"Misalnya ada yang menyuarakan, ya itu biasa. Tapi tidak dibahas, dibicarakan bahwa diperlukan amandemen, tidak seperti itu,” terangnya.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan mengungkap pada pertemuan di Istana Negara, secara umum membahas soal pandemi Covid-19. Tetapi, juga dibahas soal evaluasi lembaga negara dan amandemen UUD 1945.

Hal tersebut disampaikan Zulhas saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PAN di Kantor DPP PAN, Jalan Warung Buncit Raya, Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (31/8),

"Ada beberapa bicara 'wah kita kalau gini terus, ribut, susah, lamban, bupati enggak ikut guburnur, gubernur enggak ikut macem-macemlah ya. Merasa KY (Komii Yudisial) lembaga paling tinggi, paling kuat, MA (Mahkamah Agung) enggak. MA merasa paling kuasa, MK (Mahkamah Konstitusi) ennggak. MK katanya yang paling kuasa. DPR paling kuasa. Semua merasa paling kuasa," ujar Zulhas.

Melihat kenyataan seperti itu, Wakil Ketua MPR RI ini, memandang setelah 23 tahun berjalan amandemen UUD 1945 perlu kembali dievaluasi. Evaluasi itu juga untuk menata ulang jalan setapak demokrasi di masa depan.

"Jadi setelah 23 tahun, hasil amandemen itu menurut saya memang perlu dievaluasi. Termasuk demokrasi kita ini, kita mau kemana, perlu dievaluasi," katanya.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya