Berita

Wakil Presiden AS Kamala Harris/Net

Dunia

Kamala Harris: Klaim China di Laut China Selatan Mengancam Kedaulatan Negara

SELASA, 24 AGUSTUS 2021 | 12:03 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Perlawanan terhadap pengaruh China di Indo-Pasifik, khususnya Laut China Selatan, menjadi agenda utama dalam tur Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris ke Asia Tenggara.

Ketika menyampaikan pidatonya di Singapura pada Selasa (24/8), Harris menyebut Beijing kerap memaksa dan mengintimidasi di Laut China Selatan. Namun AS akan terus mendorong Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

"Kami tahu bahwa Beijing terus memaksa, mengintimidasi, dan mengklaim sebagian besar Laut China Selatan. Klaim yang melanggar hukum ini telah ditolak oleh keputusan pengadilan arbitrase 2016, dan tindakan Beijing terus merusak tatanan berdasarkan aturan, serta mengancam kedaulatan negara," tegas Harris, seperti dikutip Reuters.

Pernyataan itu merujuk pada putusan pengadilan internasional atas klaim China di Laut China Selatan yang tumpang tindih dengan klaim Filipina.

China menolak keputusan itu dan mempertahankan klaimnya atas sebagian besar Laut China Selatan dengan konsep nine dash line, yang juga diperebutkan oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.

China telah mendirikan pos-pos militer di pulau-pulau buatan di perairan yang mengandung ladang gas dan penangkapan ikan yang kaya.

Wakil presiden perempuan pertama dalam sejarah AS ini mengatakan, kunjungannya merupakan penegasan kembali komitmen Washington untuk kawasan dalam mengatasi kekhawatiran mengenai klaim China atas wilayah Laut China Selatan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Angkatan Laut AS kerap melakukan unjuk kekuatan melawan klaim China dengan operasi kebebasan navigasi. Kapal-kapal mereka melewati beberapa pulau yang menjadi sengketa.

Kunjungan Harris ke Singapura dimulai sejak Minggu (22/8). Sehari setelahnya, Senin (23/8), ia bertemu dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dan Presiden Halimah Yacob.

Bagian dari tugasnya selama kunjungan itu adalah meyakinkan para pemimpin di kawasan itu bahwa komitmen Washington untuk Asia Tenggara adalah tegas, dan tidak dapat dibandingkan dengan Afghanistan.

Itu lantaran keputusan Presiden Joe Biden untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan telah memicu banyak kritik. Terlebih dengan evakuasi yang kacau dan perebutan kekuasaan oleh Taliban.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Menag Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji di Arab Saudi

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:05

Baru Kantongi 100 Ribu KTP, Noer Fajriensyah Ngebet Maju Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:02

Politikus Perempuan di DPR Diprediksi Bertambah 10 Orang

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:29

PDIP Tancap Gas Godok Nama-Nama Calon di Pilkada 2024

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:26

Pemprov DKI Tak Serius Sediakan TPU di Kepulauan Seribu

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:00

Subholding Pelindo Siap Kelola Area Pengembangan I Bali Maritime Tourism Hub

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:40

Ridwan Kamil-Bima Arya Berpeluang Dipromosikan 3 Parpol Besar di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:32

DPRD DKI Terus Dorong Program Sekolah Gratis Direalisasikan

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:24

Buku "Peta Jalan Petani Cerdas" Panduan Petani Sukses Dunia Akhirat

Senin, 06 Mei 2024 | 23:59

Popularitas Jokowi dan Gibran Tetap Tinggi Tanpa PDIP

Senin, 06 Mei 2024 | 23:11

Selengkapnya