Berita

Salah satu baliho Puan Maharani yang marak di berbagai daerah/Net

Politik

Baliho Elite Partai Hanya Umbar Narsisme Tanpa Memberi Ruang Dialog

KAMIS, 12 AGUSTUS 2021 | 00:24 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Maraknya baliho sejumlah elite partai politik di berbagai daerah di tengah situasi sulit akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan dipandang sebagai sebuah perilaku yang tidak elok.

Menurut Direktur Democracy and Eelectoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia, Neni Nurhayati, saat kondisi pandemi memburuk, elite partai malah melakukan hal-hal di luar nalar.

“Pemasangan baliho siapapun yang sangat membuat ruang publik kita menjadi sesak dan sama sekali tidak ada urgensinya. Justru hanya membuat panjang masalah,” ujar Neni Nurhayati, Rabu (11/8), dikutip Kantor Berita RMOLJabar.


Tak ada maksud lain, sambung Neni, pemasangan baliho tersebut hanya untuk pencitraan, menaikan popularitas untuk Pemilu 2024. Semarak pemasangan baliho tersebut dinilai hanya akan menjadi sampah visual.

“Faktanya, di beberapa kab/kota baliho Puan dicoret-coret warga. Ini menandakan bahwa di mata warga pemasangan baliho itu tak lain hanya sebatas iklan. Publik memaknai iklan tersebut hanyalah sebatas janji belaka. Para elite politik hanya datang dan memberikan janji dalam menjelang momentum pemilihan serta kepentingan politik,” tegas Neni.

Selain itu, Neni menyebut tak ada kontribusi konkret yang dilakukan elite politik di era pandemi. Sebagai contoh, Puan Maharani tak memberikan kontribusi real untuk pengarusutamaan kepentingan perempuan dan anak di era pandemi.

Menurutnya, menyapa rakyat lewat baliho sama sekali tak memberikan dampak positif apa pun. Bahkan hal tersebut hanyalah strategi komunikasi politik yang kurang efektif.

“Hal itu justru tidak membuka dan memberikan ruang dialog kepada masyarakat melalui komunikasi. Padahal jalan dialog ini sangat baik apalagi mendengarkan keluh kesah rakyat. Bukan melalui benda mati yang memperlihatkan narsisme,” kata dia.

“Baliho itu hanya iklan. Layaknya sebuah iklan politik didesain dengan begitu istimewa, baik, dan indah. Tetapi keberadaannya tidak tertata dengan baik, sehingga merusak tatanan ruang sosial dan tertib ruang public,” tambahnya.

Di tengah hantaman badai wabah virus corona yang membuat ekonomi terpuruk, lanjut Neni, seharusnya elite partai mampu menjadi contoh terbaik bagi masyarakatnya dalam menangkap upaya membangkitkan kembali perekonomian masyarakat.

“Pemimpin seharusnya punya kemampuan mendengarkan yang menjadi keterampilan yang lebih penting dari berbicara dan memasang iklan politik,” tandasnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

UPDATE

PIP Berubah Jadi Kartu Undangan Kampanye Anggota DPR

Senin, 15 Desember 2025 | 06:01

Perpol versus Putusan MK Ibarat Cicak versus Buaya

Senin, 15 Desember 2025 | 05:35

Awas Revisi UU Migas Disusupi Pasal Titipan

Senin, 15 Desember 2025 | 05:25

Nelangsa Dipangku Negara

Senin, 15 Desember 2025 | 05:06

Karnaval Sarendo-Rendo Jadi Ajang Pelestarian Budaya Betawi

Senin, 15 Desember 2025 | 04:31

Dusun Bambu Jual Jati Diri Sunda

Senin, 15 Desember 2025 | 04:28

Korupsi di Bandung Bukan Insiden Tapi Tradisi yang Dirawat

Senin, 15 Desember 2025 | 04:10

Rektor UI Dorong Kampus Ambil Peran Strategis Menuju Indonesia Kuat

Senin, 15 Desember 2025 | 04:06

Hutan Baru Dianggap Penting setelah Korban Tembus 1.003 Jiwa

Senin, 15 Desember 2025 | 03:31

Jangan Keliru Tafsirkan Perpol 10/2025

Senin, 15 Desember 2025 | 03:15

Selengkapnya