Pengamat penerbangan, Alvin Lie/Net
Sense of crisis seharusnya ditunjukkan oleh pemerintah di tengah pandemi virus corona baru (Covid-19) dan terjadinya krisis ekonomi.
Begitu tanggapan pengamat penerbangan, Alvin Lie menanggapi beredarnya perubahan warna cat pesawat Kepresidenan menjelang Dirgahayu Indonesia ke-76 nanti.
Kata Alvin Lie, mengubah warna pesawat Kepresidenan di saat rakyat kesulitan akibat terdampak pandemi jelas tidak ada urgensinya.
"Di saat negara sedang hadapi pandemi dan krisis ekonomi, Pemerintah seharusnya menunjukkan
sense of crisis. Hal-hal yang bukan kebutuhan mendesak perlu ditangguhkan," ujar Alvin kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (3/8).
Menurut Alvin, seharusnya anggaran yang ada difokuskan untuk penanggulangan pandemi Covid-19.
Apalagi, saat ini masih banyak tunggakan pemerintah di segala sektor dalam penanganan pandemi.
Beberapa tunggakan itu seperti tunggakan Rumah Sakit, tunggakan intensif untuk tenaga kesehatan (Nakes) dan lainnya.
"Ingat, tunjangan dan insentif ASN dan anggaran berbagai lembaga dan kementerian dipangkas untuk refocusing anggaran," kata Alvin.
Karena sambung Alvin, cat ulang dan ubah warna pesawat bukan lah kebutuhan yang mendesak. Apalagi, pesawat Kepresidenan usianya baru tujuh tahun.
"Jarang dipakai, perawatan bagus, penampilan juga masih layak. Tidak ada urgensi dicat ulang atau ubah warna," pungkas Alvin.
Penampakan pesawat baru itu pertama kali diunggah oleh akun Instagram @adhimas_aviation dengan caption "New Livery For A-001! A-001 Blasting Out From CGK Bound To Pelabuhan Ratu For Test Fight"
Keterangan dalam foto tersebut juga menuliskan Indonesian Government A-001 Boeing 737-8U3 (BBJ2).
Hitung-hitungan Alvin Lie biaya cat ulang pesawat setara B737-800 berkisar antara 100 ribu dolar AS sampai dengan 150 ribu dolar AS. Sekitar Rp 1,4 M sampai Rp 2,1 M