Perdana Menteri Samoa, Fiame Naomi Mataafa/Net
Pemerintahan baru Samoa tampaknya sudah dibuat khawatir dengan jebakan loan-to-own dan dampak dari proyek Belt and Road Initiatives (BRI) China.
Akibatnya, Fiame Naomi Mataafa, perdana menteri wanita pertama yang baru diangkat di Samoa, mengumumkan pihaknya akan mengevaluasi sejumlah proyek infrastruktur yang didanai oleh China. Salah satu proyek itu adalah pelabuhan di Teluk Vaiusu.
Setelah memenangkan pemilu, Mataafa telah berkomitmen untuk membatalkan proyek bernilai 100 juta dolar AS tersebut, dan menyebutnya sebagai beban negara.
Mataafa mengatakan, Samoa memiliki kebutuhan yang lebih mendesak daripada membuat pelabuhan dan akhirnya meningkatkan "utang tidak perlu" ke China.
"Samoa adalah negara kecil. Pelabuhan laut dan bandara kami memenuhi kebutuhan kami. Sangat sulit membayangkan bahwa kami membutuhkan skala yang diusulkan di bawah proyek khusus ini ketika ada proyek dengan skala mendesak diprioritaskan pemerintah," ujar Fiame, seperti dikutip
Reuters.
Selain tidak memberikan banyak manfaat, proyek tersebut juga mengancam keseimbangan di Pasifik antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Pemerintahan Baru Mengakhiri Pengaruh ChinaSamoa dikenal memiliki hubungan dekat dengan China. Selama kurang lebih empat dekade terakhir, pinjaman China ke Samoa tumbuh secara signifikan.
China adalah kreditur tunggal terbesar di Samoa yang berpenduduk 200 ribu orang. Beijing berkontribusi sekitar 40 persen, atau sekitar 160 juta dolar AS dari utang luar negeri Samoa.
Dari 2010 hingga 2018, China sudah memberikan pinjaman sebesar 285 juta dolar AS ke Samoa, dengan tambahan 152 juta dolar AS dalam bentuk hibah.
Semua upaya tersebut dilakukan China untuk "membeli pengaruh dan sekutu" di Pasifik, termasuk melalui BRI. China menawarkan diri untuk mendukung proyek pembangunan perlabuhan besar di Teluk Vaiusu.
Dalam perubahan pemerintahan tampaknya akan "me-reset" hubungan Samoa dan China. Partai Mataafa Faatuatua i le Atua Samoa ua Tasi (FAST) yang baru-baru ini dibentuk memenangkan pemilu pada April.
Kemenangan FAST muncul ketika pengaruh China menjadi topik yang diperdebatkan dengan hangat selama kampanye pemilihan, dengan banyak yang menyatakan keprihatinan tentang kehadiran Beijing di sana.