Berita

Ilustrasi pasien Covid-19/Net

Publika

Pandemi Covid-19 Momentum Untuk Berjihad

MINGGU, 25 JULI 2021 | 06:06 WIB

SUDAH hampir dua tahun Indonesia mengalami kondisi terpuruk. Hal itu disebabkan masuknya virus Covid-19 yang menyebar sedemikian pesat. Sehingga pemerintah harus berpikir keras menemukan cara untuk menekan angka penularan virus tersebut.

Upaya demi upaya sudah dilakukan oleh pemerintah. Pada periode awal masuknya virus tersebut, pemerintah menerapkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), kemudian New Normal, sampai yang sedang berlaku hari ini PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Namun semuanya itu dianggap belum mampu menjadi solusi yang efektif dalam penanganan penyebaran kasus Covid-19.

Selain belum berhasilnya upaya-upaya pencegahan penyebaran virus corona, ada dampak lain yang mesti diperhatikan. Di antaranya adalah dampak terhadap masyarakat menengah ke bawah.

Masyarakat mengalami kesulitan mencari nafkah untuk keluarganya. Ada pula yang kehilangan pekerjaannya.

Penyebabnya adalah kebijakan yang melarang atau membatasi aktivitas perekonomian. Belum lagi masyarakat yang harus kehilangan pekerjaannya, tentu karena dampak dari kebijakan itu pula.

Memang betul pemerintah melakukan upaya dalan pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat. Seperti bantuan sembako, uang tunai dan lain sebagainya.

Namun terkadang pendistribusiannya yang tidak atau belum merata, dan tidak pula terjamin mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Sebagai sesama masyarakat, hal ini tentu menjadi satu potret yang cukup menyentuh hati. Bagaimana tidak, kita diperlihatkan orang-orang di sekitar kita yang mengeluh lantaran tidak ada biaya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Belum lagi jika terdapat anggota keluarganya yang terpapar Covid-19. Tentu keadaan ini layaknya jatuh dan tertimpa tangga. Terlalu banyak penderitaan dan kesulitan yang dirasakan oleh masyarakat.

Lalu, apakah keadaan yang sedemikian itu membuat kita harus berdiam diri dan pasrah? Tentu tidak. Meski kita boleh berharap kepada pemerintah untuk menyelesaikan segala persoalan ini, namun sebagai bagian dari bangsa Indonesia, tentu diam bukanlah pilihan yang tepat.

Indonesia adalah bangsa yang kuat karena budaya gotong royongnya. Tentu semangat ini harus kita jaga bersama, apalagi dalam menghadapi gelombang ujian yg besar ini. Sayangnya, tidak sedikit juga (sebagian) masyarakat yang acuh dan tidak perduli terhadap sesama.

Padahal, dalam keadaan seperti ini, kesadaran untuk saling peduli antar sesama harus dibangkitkan. Sudah waktunya masyarakat yang apatis, berhijrah menjadi insan yang memiliki kepedulian yang tinggi.

Dalam Islam, jelas sekali kita diperintahkan untuk saling tolong-menolong dan bahu membahu.

Di mana yang kuat harus menolong yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, yang sehat memperhatikan yang sakit.

Hal ini lantaran Allah secara langsung mengamanatkannya dalam dalil Alquran kepada seluruh umat manusia. Surat Al-Maidah ayat 2, Allah SWT berfirman:

 ÙˆÙŽØªÙŽØ¹ÙŽØ§ÙˆÙŽÙ†ÙÙˆØ§ÛŸ عَلَى ٱل�'بِر�'ِ وَٱلت�'َق�'وَىٰ Û– وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱل�'إِث�'مِ وَٱل�'عُد�'وَٰنِ Ûš وَٱت�'َقُوا۟ ٱلل�'ÙŽÙ‡ÙŽ Û– إِن�'ÙŽ ٱلل�'ÙŽÙ‡ÙŽ شَدِيدُ ٱل�'عِقَابِ

”Dan tolong-menolong lah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwa lah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat."

Secara gamblang Islam menjelaskan bahwa tolong menolong merupakan perintah Allah, serta merupakan bagian dari pada jihad dalam pengertian upaya menuju kebaikan.

/Jihad Kemanusiaan

Berbicara tentang jihad, istilah ini tidak boleh diartikan dalam pengertian yang sempit. Seperti halnya berperang, menaklukan musuh, dan lain sebagainya. Jihad memiliki makna yang luas, yang salah satu diantara pengertiannya adalah upaya menuju kebaikan.

Kemudian praktik jihad pun harus sesuai dengan konteks dan keadaannya. Jika dalam konteks berkehidupan seperti di Indonesia, di mana isinya penuh perdamaian, santun, serta toleransi, tentu jihad dalam artian perang merupakan suatu hal yang tidak tepat untuk dilakukan.

Lalu jihad yang seperti apa yang tepat dilakukan pada saat ini? Tentu jihad yang mengandung makna menuju kebaikan. Seperti halnya menyuarakan semangat untuk melawan virus corona, membantu sesorang yang sedang dalam keadaan sulit, membantu orang yang terpapar Covid-19, itu merupakan bentuk jihad yang tepat.

Dalam Al Quran perintah jihad secara fisik selalu diawali dengan berjihad dengan harta baru mempertaruhkan jiwa (wa jahidu bi amwalikum wa amfusikum). Sebagaimana Al Quran Surah Al Hujurat ayat 15:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan hrta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS: Al-Hujurat 49:15)

Dengan demikian, jelas sudah bahwa Allah SWT menyerukan kepada kita untuk mengutamakan berjihad dengan harta, baru kemudian dengan jiwa. Dalam konteks pandemi seperti sekarang, inilah momentum yang tepat untuk menjalankan salah satu perintah agama, yaitu berjihad dengan harta.

Dengan cara menyisihkan sebagian harta yang kita miliki, untuk membantu orang-orang yang sedang membutuhkan atau sedang mengalami kesulitan ekonomi karena dampak pandemi covid-19

Karena itu, Indonesia akan tetap utuh dan kuat melawan badai virus corona jika antara sesama masyarakat mau berjihad dengan harta dan jiwanya, untuk menolong terhadap saudara sebangsanya.

Cokky Guntara, S.Ag

Aktivis Muda Nahdlatul Ulama


Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya