Berita

Presiden Abdurrahman Wahid mendengarkan Jurubicara Presiden, Yahya Cholil Staquf, membaca Maklumat Presiden yang lebih dikenal sebagai Dekrit Gus Dur, dinihari 23 Juli 2001. Turut hadir dalam kesempatan itu Jurubicara Presiden lainnya, Adhie Massardi (kedua dari kanan), Sekretaris Pribadi Presiden (paling kiri) dan Ajudan Presiden Kolonel Sabar Yudo Suroso./Ist

Politik

Ibarat Sepak Bola, Adhie Massardi: Kapolri Diving, Tidak Ada VAR, Gus Dur Diganjar Penalti, Megawati Menang

SABTU, 24 JULI 2021 | 00:37 WIB | LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA

Cerita pemakzulan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dua dekade lalu masih segar dalam memori banyak kalangan.

Proses pemakzulan melalui Sidang Istimewa MPR RI yang terjadi pada 23 Juli 2001 itu masih terus mengisi ruang diskusi publik. Juga yang kerap dibicarakan adalah siapa sesungguhnya dalang pelengseran Gus Dur.

Mantan Jurubicara Presiden Gus Dur, Adhie M. Massardi, mengibaratkan pelengseran Gus Dur seperti permainan sepak bola.


Melalui laman Twitter pribadinya, Adhie mengatakan, Kapolri kala itu Jenderal S. Bimantoro melakukan insubordinasi. Adhie menggunakan istilah sepak bola “diving”.

Imbas diving Kapolri, akhirnya Gus Dur diganjar “tendangan penalti” berupa Sidang Istimewa MPR RI.

“23-07-2001, ibarat sepakbola, Kapolri yang insubordinasi lakukan diving. Gus Dur diganjar penalti SI MPR," demikian cuitan Adhie, Sabtu (24/7).

Lebih lanjut Adhie mengutarakan, kala itu tidak ada video assistance referee (VAR). Sistem VAR dalam sepak bola modern berfungsi untuk memeriksa dan memastikan apakah pemain melakukan pelanggaran terhadap lawan atau tidak.

Bukan hanya itu, sistem VAR juga kerap sangat menentukan apakah gol terjadi atau tidak, termasuk menentukan si pemain offside atau tidak saat hakim garis tidak bisa menjangkau striker yang menggiring bola ke gawang lawan.

Kata Adhie, andai saja ada sistem serupa VAR saat proses pemakzulan Gus Dur bergulir, tentu akan terlihat betapa pertandingan berjalan tidak fair.

Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) itu menambahkan, Gus Dur berusaha menahan laju bola politik lawan dengan mengeluarkan dekrit, namun tidak berhasil.

Kegagalan itupun bermuara pada pelengseran Gus Dur, dan Megawati yang ketika itu menjadi Wapres akhirnya menang dan menggantikan Gus Dur.  

"Sayang gak ada VAR (video assistant referee) yg bisa jelaskan ini permainan unfair. Gus Dur ngeblok dengan Dekrit dibaca Yahya (saya di belakangnya). Tapi gagal. Gol! RI-2 menang!" demikian cuitan Adhie.

Sebelumnya, saat berbicara dalam talk show “20 Tahun Pemakzulan Gus Dur, Siapa Sang Dalang?” yang disiarkan langsung di akun YouTube Refly Harun, Kamis malam (22/7),  Adhie juga menganalogikan Amien Rais dengan sosok Kebo Ijo.

Pemakzulan Gus Dur diyakini Adhie bukan karena penerbitan Dekrit atau Maklumat Presiden pada dinihari 23 Juli 2001.

Melainkan, karena ada pertarungan politik antara Presiden Gus Dur dan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.

Untuk menggambarkan krisis politik pada masa-masa itu, Adhie Massardi menggunakan kisah pembunuhan akuwu atau pemimpin Tumapel, Tunggul Ametung, oleh pengawalnya Ken Arok. Kisah ini terjadi di era Raja Kertajaya yang berkuasa di Kediri pada kurun 1185-1222.

Dalam kisah itu, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dengan sebilah keris yang dibuat oleh Mpu Gandring. Sebelum pembunuhan itu, Ken Arok memperlihatkan keris itu kepada sahabatnya sesama pengawal, Kebo Ijo.

Kebo Ijo inilah yang memamerkan keris buatan Mpu Gandring ke mana-mana sehingga kebanyakan orang mengira keris itu adalah milik Kebo Ijo.

Dalam episode yang paling menentukan, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dengan keris buatan Mpu Gandring. Adapun Kebo Ijo kemudian menjadi pihak yang dituduh melakukan pembunuhan itu.

Dengan membandingkan kisah kudeta Ken Arok dan krisis politik 2001 tersebut, Adhie Massardi tiba pada kesimpulan bahwa posisi Amien Rais sama seperti posisi Kebo Ijo.

Amien Rais dituduh sebagai pihak yang paling berkepentingan di balik kejatuhan Gus Dur karena dia yang awalnya mendukung Gus Dur belakangan kerap mengkritik Gus Dur.

lalu fakta politik juga yang memperlihatkan Amien Rais adalah pemegang palu MPR RI.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya