Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Seruan Pemberian Dosis Tambahan Vaksin Meningkat Setelah Nakes Thailand Meninggal Meski Sudah Divaksin

SENIN, 12 JULI 2021 | 07:48 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Seruan untuk memberikan suntikan booster kepada para petugas medis di Thailand semakin meningkat, setelah seorang perawat berusia 30 tahun dikabarkan meninggal setelah ia tertular Covid-19 meskipun telah menerima dua dosis vaksin Sinovac.

Berita kematian perawat itu pertama kali dibagikan oleh pengguna Facebook dengan nama akun Siwakorn Rattanakuntee, pada Minggu (11/7). Dalam postingannya dia menulis bahwa sepupunya yang ia panggil 'Donut' - seorang perawat di bangsal isolasi kelompok - meninggal setelah tertular virus dari tempat kerjanya.

"Dia telah menerima dua dosis vaksin yang diklaim pejabat kesehatan masyarakat senior dapat mengurangi keparahan gejala dan menurunkan angka kematian. Sepupu saya meninggal hari ini, seminggu setelah terinfeksi," tulisnya, seperti dikutip dari Bangkok Post, Senin (12/7).


Siwakorn mengatakan kematian sepupunya menimbulkan pertanyaan tentang keselamatan pekerja medis garis depan. Dia bertanya apakah sepupunya masih hidup jika dia menerima vaksin yang lebih efektif.

Pusat Administrasi Situasi Covid-19 (CCSA) telah menegaskan dua dosis vaksin AstraZeneca dan Sinovac Covid-19 sekitar 90 persen efektif dalam mencegah gejala parah berkembang, dan kematian. Namun, banyak yang meragukan kemanjuran vaksin China pada khususnya.

Kepala Pusat Penyakit Menular Baru Universitas Chulalongkorn, Thiravat Hemachudha ikut bereaksi terhadap pos tersebut dengan menuntut pemerintah segera memberi tenaga medis garis depan suntikan pendorong.

"Tenaga kesehatan garis depan menghadapi risiko infeksi yang lebih tinggi, dan begitu mereka terinfeksi, banyak orang lain harus diisolasi karena sifat profesi mereka," katanya.

Thiravat mengatakan suntikan Sinovac ditemukan paling efektif melawan virus hingga 30 hari setelah dosis kedua.

"Sejak saat itu, kekebalan akan mulai turun menjadi 30-40 persen," katanya.

Dia mengatakan suntikan booster harus menjadi jenis vaksin yang berbeda, mengutip temuan yang menunjukkan bahwa suntikan lain memberikan kekebalan terhadap lebih banyak jenis, termasuk varian Alpha dan Delta yang sangat menular.

"Kami bukan VIP dan kami tidak memiliki hak istimewa. Tapi itu akan membantu kami melanjutkan pekerjaan kami dan mencegah kami menulari orang lain," tulis Thiravat.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya