Berita

Seorang penyintas genosida Bosnia berdoa di pemakaman korban genosida/Net

Histoire

Sejarah Kelam 26 Tahun Pembantaian Srebrenica: 19 Jenazah Kembali Dimakamkan Setelah Diidentifikasi

SENIN, 12 JULI 2021 | 06:40 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pembantaian paling sadis di Eropa di tengah ledakan perpecahan Yugoslavia masih sangat membekas di hati para Muslim Bosnia di Kota Srebrenica, Bosnia Herzegovina. Sebanyak 8.000 Muslim Bosnia tewas di tangan pasukan Serbia Bosnia.

Pada Minggu (11/7) ribuan orang memperingati peristiwa mengerikan itu dan menguburkan 19 jenazah yang baru diidentifikasi sebagai korban pembantaian.  

Ribuan orang menangis. Mereka kembali diingatkan pada sejarah kelam yang memisahkan mereka dari orang-orang yang mereka kasihi. 8.000 Muslim Bosnia yang dibantai itu kebanyakan dari mereka adalah laki-laki dan anak laki-laki. Serangkaian acara peringatan pada Minggu meluluhkanlantakan hati mereka yang telah kehilangan.

Pemakaman kembali 19 korban yang jenazahnya ditemukan di kuburan massal dan baru-baru ini diidentifikasi melalui analisis DNA, semakin mengiris hati keluarga yang ditinggalkan. 19 jenazah itu adalah 16 pria dewasa, dua remaja laki-laki dan seorang wanita.

Mayat para korban awalnya dibuang ke kuburan massal, yang sebagian besar kemudian dipindahkan dalam upaya menyembunyikan kekejaman, sampai mereka ditemukan bertahun-tahun kemudian dan diidentifikasi.

Pembantaian itu -yang kemudian dinilai sebagai genosida- terjadi pada 11 Juli 1995. Ini adalah salah satu dari beberapa konflik yang terjadi pada 1990-an ketika Yugoslavia meledak.

Sebagian besar korban pembantaian diburu dan dieksekusi saat mereka mencoba melarikan diri ke hutan terdekat setelah Srebrenica dikuasai oleh pasukan Serbia Bosnia pada 11 Juli 1995, pada hari-hari memudarnya perang saudara Bosnia 1992-95, seperti yang dituliskan Aljazeera.

Republik Sosialis Bosnia dan Herzegovina saat itu adalah bagian dari Yugoslavia, wilayah multi-etnis Muslim Bosnia, Serbia Ortodoks, dan Kroasia Katolik.

Bosnia-Herzegovina mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1992 setelah referendum, dan diakui tak lama kemudian oleh pemerintah AS dan Eropa.

Mereka yang terlibat dalam pembantaian itu adalah orang-orang memegang posisi kunci di bidang politik dan ekonomi Serbia.

Pengadilan PBB menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada pemimpin politik Serbia Bosnia Radovan Karadzic dan panglima militernya.

Menjelang peringatan pembantaian tahun ini, anggota Serbia dari kepresidenan gabungan Bosnia Milorad Dodik mengulangi dengan tegas pandangannya bahwa; "tidak ada genosida."

"Ada informasi bahwa peti mati (dengan sisa-sisa korban) kosong, tidak ada sisa-sisa di dalamnya, mereka hanya mencantumkan nama," katanya seperti dikutip televisi Serbia Bosnia RTRS.

Kepala Institut Orang Hilang Bosnia, Amor Masovic, mengatakan, apa yang dilontarkan Dodik sebagai pernyataan yang sangat sadis.

Pada Sabtu (10/7) Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell telah mendesak para pemimpin politik Balkan untuk menghadapi masa lalu dan mempertanggungjawabkannya.

"Tidak ada tempat di Eropa untuk penyangkalan genosida, revisionisme dan pemuliaan penjahat perang," katanya.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

BRI Salurkan KUR Rp27,72 Triliun dalam 2 Bulan

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

Badai Alfred Mengamuk di Queensland, Ribuan Rumah Gelap Gulita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

DPR Cek Kesiapan Anggaran PSU Pilkada 2025

Senin, 10 Maret 2025 | 11:36

Rupiah Loyo ke Rp16.300 Hari Ini

Senin, 10 Maret 2025 | 11:24

Elon Musk: AS Harus Keluar dari NATO Supaya Berhenti Biayai Keamanan Eropa

Senin, 10 Maret 2025 | 11:22

Presiden Prabowo Diharapkan Jamu 38 Bhikkhu Thudong

Senin, 10 Maret 2025 | 11:19

Harga Emas Antam Merangkak Naik, Cek Daftar Lengkapnya

Senin, 10 Maret 2025 | 11:16

Polisi Harus Usut Tuntas Korupsi Isi MinyaKita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:08

Pasar Minyak Masih Terdampak Kebijakan Tarif AS, Harga Turun di Senin Pagi

Senin, 10 Maret 2025 | 11:06

Lebaran di Jakarta Tetap Seru Meski Ditinggal Pemudik

Senin, 10 Maret 2025 | 10:50

Selengkapnya