Berita

Presiden Joko Widodo/Net

Politik

Istana Harus Ungkap Ahli Yang Rekomendasi Sinovac, Jangan-jangan Ada Permainan Mafia Vaksin

MINGGU, 11 JULI 2021 | 17:58 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Rezim Joko Widodo harus membuka kepada publik sosok ahli di belakang penggunaan vaksin Sinovac yang berujung kritik media Asing.

Media asing itu tidak percaya terhadap vaksin buatan China karena penyebaran Covid-19 di Indonesia semakin masif.

Begitu tanggapan pakar politik dan hukum Universitas Nasional (Unas), Saiful Anam atas adanya pemberitaan media asing yang menjadikan Indonesia sebagai contoh dalam penggunaan vaksin Sinovac, karena tetap membuat orang yang divaksin juga terpapar Covid-19.

"Saya kira Istana Negara harus membuka kepada publik siapa ahli di belakang vaksin Sinovac, jangan-jangan ada permainan mafia vaksin di belakang ahli yang merekomendasikan vaksin Sinovac di Indonesia," ujar Saiful kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (11/7).

Bahkan, Saiful curiga adanya jaringan Istana yang terlibat dalam mendorong penggunaan vaksin Sinovac di Indonesia.

"Tentu kalau hal tersebut betul, maka saya kira KPK wajib untuk melakukan penyelidikan dalam pengadaan vaksin Sinovac di Indonesia," kata Saiful.

Dengan demikian, Saiful kembali meminta pemerintahan Jokowi untuk memberikan penjelasan kepada publik secara terang benderang alasannya menggunakan vaksin Sinovac yang secara nyata tidak digunakan oleh negara lain karena dianggap tidak efektif.

Saiful mempertanyakan adanya dugaan keterkaitan China sebagai provider Sinovac dengan mudahnya tenaga kerja asing (TKA) asal negeri tersebut masuk ke Indonesia.

"Jangan-jangan ada barter di belakang ini semua, yakni misalnya Indonesia harus memakai vaksin Sinovac, tapi proyek sampai TKA dapat dengan mudah beroperasi dan keluar masuk ke Indonesia. Kalau benar yang demikian maka tentu sangat membahayakan bagi Indonesia," pungkas Saiful.

Populer

Konsesi Tambang Ormas Dicurigai Siasat Jokowi Kabur dari Kejaran Utang

Sabtu, 15 Juni 2024 | 12:27

Preview Belgia Vs Slovakia: Hati-hati Pancingan Emosi

Senin, 17 Juni 2024 | 16:59

Perwakilan Kontraktor Minta Penegak Hukum Periksa Bupati Keerom

Senin, 10 Juni 2024 | 10:37

Dugaan Korupsi Askrida Naik Lidik

Senin, 10 Juni 2024 | 22:37

Bey Machmudin Pastikan Tak Ada Ormas Keagamaan di Jabar yang Kelola Tambang

Rabu, 12 Juni 2024 | 00:19

Bey Machmudin Siapkan Bonus Kontingen Peparnas 2024

Selasa, 11 Juni 2024 | 13:16

Penyidik KPK Sita Handphone Hasto dan Geledah Ajudan

Senin, 10 Juni 2024 | 15:24

UPDATE

Fraksi PDIP Minta Pemerintah Saudi Dilibatkan dalam Evaluasi Haji 2024

Selasa, 18 Juni 2024 | 13:59

Usai Iduladha, Harga Komoditas Pangan Naik Lagi

Selasa, 18 Juni 2024 | 13:57

Penny Burtt jadi Presiden Boeing Asia Tenggara

Selasa, 18 Juni 2024 | 13:55

Rupiah Disengaja Anjlok agar Pemerintahan Prabowo yang Nanggung Beban?

Selasa, 18 Juni 2024 | 13:53

HUT ke-497 Jakarta Dirayakan dengan Ajang Marathon Dunia

Selasa, 18 Juni 2024 | 13:52

Golkar Jakarta Salurkan Puluhan Ekor Sapi dan Kambing Kurban

Selasa, 18 Juni 2024 | 13:46

Tecno Spark 20 Pro 5G Diluncurkan, Ponsel Murah dengan Chipset Dimensity 6080

Selasa, 18 Juni 2024 | 13:45

Bisa Kecanduan Seperti Narkoba, Pelaku Judi Online Harus Direhabilitasi

Selasa, 18 Juni 2024 | 13:36

PKS Bakal Gelar Karpet Merah Buat Anies Tanpa Uji Kelayakan

Selasa, 18 Juni 2024 | 13:33

Elektabilitas Atalia Praratya Berpotensi Terkejar

Selasa, 18 Juni 2024 | 13:26

Selengkapnya