Berita

Ilustrasi penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro yang berlangsung di DKI Jakarta/Net

Politik

Andy William: Pemerintah Perlu Kaji Efek Domino PPKM Mikro

SENIN, 21 JUNI 2021 | 20:44 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Keputusan pemerintah memperketat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro dikritik Labor Institute Indonesia.

Sekretaris Eksekutif Labor Institute Indonesia, Andy William Sinaga mengatakan, PPKM Mikro yang menjadi andalan pemerintah tidak terlepas dari dampak ekonomi.

Menurutnya, pengetatan PPKM Mikro bisa memberikan efek domino terhadap industri dan khususnya pada tenaga kerja Indonesia, karena ada potensi diputus hubungan kerjanya.


Ia pun meminta agar pemerintah segera mengantisipasi efek domino tersebut.

"Karena pemberlakuan kebijakan tersebut diprediksi akan berimbas pada pemutusan hubungan kerja (PHK) yang masif, dikarenakan lumpuhnya ekonomi masyarakat," ujar Andy
William dalam keterangannya, Senin (21/6).

PPKM Mikro, kata Andy, membuat batasan-batasan pergerakan dalam masyarakat, dan besar kemungkinan berakibat pada menurunnya produktivitas dan daya beli dalam masyarakat.

Selain daya beli, William juga memprediksi sektor-sektor industri pariwisata, perhotelan, retail, transportasi, makanan minuman dan restoran, akan ikut terdampak dan yang cukup parah akibat kebijakan tersebut.

Ia berharap kepada pemerintah untuk segera mengeluarkan kebijakan yang lebih strategis dan komprehensif untuk mengantisipasi dampak tersebut.

Tak kalah pentingnya, William meminta jajaran Presiden Joko Widodo untuk memastikan pemberian bantuan tunai langsung, subsidi upah, relaksasi iuran BPJS, relaksasi Perpajakan dan Stimulus perpajakan, bisa dikeluarkan pemerintah.

Untuk mendukung hal tersebut, William mengusulkan pemerintah agar bisa menerapkan kebijakan lainnya. Yaitu berupa pemotongan tunjangan pejabat tinggi negara mulai eselon 1, anggota DPR/MPR RI, serta direksi dan komisaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Ini perlu segera dilakukan untuk menghemat pengeluaran negara, dan mengalihkannya ke mekanisme bantuan sosial dan kebijakan relaksasi yang diberikan negara kepada para pengusaha dan pekerja," pungkasnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya