Berita

Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha/Net

Dunia

Rencana Pembukaan Kembali Thailand Dalam 120 Hari Terlalu Prematur, Pakar: Lebih Baik Prayut Fokus Program Vaksinasi

JUMAT, 18 JUNI 2021 | 18:52 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Rencana Thailand melakukan pembukaan penuh dalam 120 hari ke depan, yang diumumkan Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha pada Rabu (16/6), mendapat beragam tanggapan dari masyarakat.

Dari banyaknya pendapat, hampir seluruhnya menyarankan agar Prayut memprioritaskan skema manajemen vaksinnya terlebih dahulu, alih-alih membuka kembali gerbang masuk Thailand.

Asisten peneliti lapangan, Piyabut Sriphet mengatakan rencana 120 hari akan sulit dicapai, karena banyak warga Thailand yang belum menerima dosis vaksin pertama mereka.


Piyabut sendiri bekerja sebagai petugas kesehatan garis depan, berhubungan dekat dengan pengguna narkoba di komunitas mereka saat dia membantu mereka untuk merehabilitasi. Ini membuatnya berisiko tertular virus corona. Dia mengatakan dia mengidap HIV-positif yang berarti kesehatannya jauh lebih rentan.

Tujuan pembukaan kembali Thailand dalam 120 hari, diduga digunakan Prayut untuk mendapatkan kembali kepercayaan yang hilang dari warga sejak kudeta tujuh tahun lalu.

"Namun, apa yang kami saksikan adalah salah urus vaksin, yang mengecualikan kami sebagai pekerja garis depan, serta orang lain yang hidup dengan penyakit yang mendasarinya," kata Piyabet, seperti dikutip dari Bangkok Post, Jumat (18/6).

Dia mengatakan, membuka perbatasan juga akan membahayakan nyawa mereka yang berusia lanjut, terutama karena janji vaksinasi mereka ditunda.

“Lebih baik Perdana Menteri mengesampingkan rencana ini dan fokus pada pengelolaan vaksin,” katanya.

“Seperti yang kita lihat, penyebarannya tidak terbendung dan saat ini kita belum mencapai kekebalan 50 persen dari total populasi," lanjut dia.

"Membuka gerbang dapat menyebabkan penyakit menyebar lebih banyak lagi," tambahnya.

Seorang pemilik perusahaan startup Thai Herb, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan dia merasa putus asa tentang rencana Prayut untuk membuka kembali perbatasan.

"Perdana Menteri menawarkan harapan, tetapi saya khawatir apa yang mungkin terjadi selanjutnya," katanya.

Dia juga mengatakan  Prayut harus lebih fokus pada manajemen vaksin daripada membuka kembali negara itu.

“Keluarga saya semua tenaga medis. Kakak saya yang dokter belum divaksin," ungkapnya.

"Kakak perempuan saya yang seorang perawat, dikarantina selama 14 hari sekali setelah kontak dengan pasien Covid dan dia menerima dosis kedua minggu lalu," katanya.

"Pemerintah mengatakan mereka bertujuan untuk memprioritaskan staf medis sebagai kelompok pertama tetapi mengapa vaksinasi mereka begitu terlambat?" tanyanya.

Sementara itu, seorang pramugari sebuah maskapai penerbangan internasional, yang juga meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengaku senang dengan rencana tersebut, karena bisa menyelamatkan bisnis pariwisata setelah 'tidur panjang'.

"Lebih baik kita membuka perbatasan karena menutupnya tidak membantu siapa pun. Itu hanya memperburuk situasi," katanya.

"Namun, Perdana Menteri perlu memastikan bahwa dia memiliki mekanisme yang efektif untuk mencegah penularan virus lebih lanjut," lanjutnya.

Sebagai penduduk Phuket, dia mengatakan dia senang kampung halamannya dipilih sebagai wilayah yang masuk ke dal skema 'kotak pasir' karena bisa menghidupkan kembali pulau itu.

"Saya belum pernah menyaksikan Pantai Patong sesunyi ini sejak tsunami beberapa tahun lalu dan krisis ini lebih berbahaya bagi industri pariwisata daripada gelombang mematikan itu," katanya.

Meski demikian, dia menyatakan keprihatinan atas proses pemantauan begitu pengunjung tiba.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya