Berita

Lambang ormas Islam besar Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama/Net

Politik

Mungkinkah Muhammadiyah Dan NU 'Koalisi' Untuk Pemilu 2024?

SABTU, 12 JUNI 2021 | 17:04 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Peran ormas Islam terbesar Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama tak bisa dipungkiri dalam hal sosial kemasyarakatan dan pendidikan.

Namun, bagaimana jika keduanya ikut berperan dalam proses demokrasi Indonesia? Mungkinkah dua ormas itu menjadi satu dalam bentuk koalisi politik?

Wakil Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Muhammadiyah, Asep Nurjaman menjelaskan tentang kemungkinan kedua ormas berkoalisi untuk gelaran Pemilu 2024.


Menurutnya, sangat dibutuhkan dan penting bagi Muhammadiyah dan NU bersatu dalam Pemilu 2024, agar bisa ikut serta dalam merawat demokrasi yang tetap sehat.

Namun katanya, jika ada yang mempertanyakan kemungkinan Muhammadiyah dan NU 'berkoalisi' untuk Pemilu 2024 diyakini tidak akan pernah terjadi. Karena, secara organisasi keduanya memiliki banyak perbedaan concern terhadap warganya.

"Saya kira secara pribadi, itu (koalisi Muhammadiyah-NU) tidak mungkin. Karena ada perbedaan mendasar," ujar Asep saat menjadi narasumber dalam webinar LHKP PP Muhammadiyah bertajuk 'Muhammadiyah dan Politik: Mengurai Dinamika Jelang Pemilu 2024' pada Sabtu (12/6). .

Asep justru khawatir apabila ormas Muhammadiyah ikut berpolitik. Karena secara khittah organisasi, ormas yang dipimpin Prof. Dr. KH. Haedar Nasir, menjaga jarak dengan kekuasaan dan melibatkan organisasi melakukan politik praktis.

"Yang saya takutkan, ketika bercengkerama terlalu masuk, Muhammadiyah menjadi vakum ghirahnya udah enggak ada. Ini tidak baik," tuturnya.

Meskipun secara informal pribadi kader-kader Muhammadiyah bisa berkoalisi dengan kader-kader NU, namun secara struktural justru tidak sehat bagi kedua ormas yang bersejarah dan berkontribusi besar bagi bangsa Indonesia ini.

"Walaupun secara informal bisa dilakukan (koalisi dengan NU) tapi struktural ini kurang sehat. Tidak mungkin dipersatukan (NU-Muhammadiyah)," demikian Asep Nurjaman.

Turut hadir dalam webinar tersebut yakni Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas, Direktur Eksekutif Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Neni Nur Hayati dan Dosen UMY Ridho Al-Hamdi.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya