Berita

Peneliti Indef Dzulfiyan Syafrian/RMOL

Politik

Parasit APBN Sejak Dulu, Kebobrokan BUMN Cepat Terungkap Karena Ada Pandemi Covid-19

SELASA, 08 JUNI 2021 | 05:31 WIB | LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA

Anjloknya laba perusahan BUMN sepanjang tahun 2020 yang menyentuh 77 persen hanyalah puncak gunung es dari bobroknya perusahaan pelat merah di Indonesia.

Peneliti Indef Dzulfiyan Syafrian mengatakan analisa soal sebab anjloknya laba BUMN karena pandemi virus corona baru (Covid-19) tidaklah tepat.

Kata Dzulfiyan, sejak dulu perusahaan di bawah naungan Kementerian BUMN adalah parasit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).


Kucuran dana pada BUMN lebih sering berfungsi sebagai sapi perah pemerintah atau pelaku usaha yang terkait dengan elite politik tertentu.

"Namanya jadi parasit dari dulu, kan sudah tinggal nunggu waktu, sekarang dihantam pandemi. Jadi sebenarnya soal berkala waktu, sekarang, besok atau tahun depan," demikian kata Dzulfiyan kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (8/6).

Pandemi Covid-19, di mata Dzulfiyan hanya mempercepat terungkapnya kontak pandora ketidakberesan pengelolaan BUMN di Indonesia.

Ia kemudian mencontohkan masalah yang dialami PT Garuda Indonesia. Selama ini, Garuda masih terus mengalami defisit.

Padahal, harga tiket selalu lebih mahal dengan pelayanan yang serupa dengan maskapai lainnnya.

"Sebelum pandemi (Garuda) juga masih rugi Nggak masuk akal kalau rugi, pasang harga tiket paling tinggi pelayanan mirip dengan yang lain. Sehausnya kalau rugi harganya diturunin jasanya dikurangi," demikian analisa Dzulfiyan.

Lebih lanjut pandangan Dzulfiyan, perusahaan pelat merah di Indonesia merasa ada di zona nyaman. Kata Dzulfiyan rata-rata pola pikir BUMN saat dalam keadaan rugi, negara akan memberi bailout oleh negara.

"Mereka (BUMN) ada di zona nyaman. Ngapain dibagus-bagusin, toh saat kolaps atau defisit nanti dibailout oleh negara, dan ini terjadi hampir di semua BUMN," demikian kata Dzulfiyan.

PT Garuda Indonesia per Mei 2021 menanggung utang mencapai Rp 70 triliun. Utang itu disebabkan oleh biaya sewa pesawat di luar batas wajar.

Sedangkan PT PLN disebutkan Menteri BUMN Erick Thohir menanggug utang fantastis sebesar Rp 500 triliun.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya