Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin/Net
Penilaian Kementerian Kesehatan atas penanganan pandemi Covid-19 di Jakarta yang sempat dilabeli nilai E diluruskan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Budi Gunadi menjelaskan, skor E tersebut tidak ada kaitannya dengan kinerja suatu daerah, termasuk nilai yang diberikan kepada daerah lain selain Jakarta.
Nilai tersebut diumumkan sebagai indikator risiko berdasarkan pedoman WHO terbaru yang digunakan sebagai analisa internal di Kemenkes dalam melihat persiapan lonjakan kasus pasca liburan lebaran 1442 Hijriah.
"Bahwa indikator resiko ini tidak seharusnya jadi penilaian kinerja, apalagi kinerja di salah satu provinsi yang sebenarnya (DKI) salah satu provinsi yang terbaik," kata Budi diberitakan
Kantor Berita RMOLJakarta, Jumat (28/5).
Budi melihat banyak yang sudah dilakukan DKI Jakarta. Mulai dari provinsi dengan jumlah
testing tertinggi, sampai paling agresif dalam melakukan vaksinasi.
"Saya melihat banyak keunggulan yang dilakukan teman-teman di DKI. Jadi apresiasi saya seluruh aparat dan tenaga kesehatan di DKI," lanjut Budi.
"Saya menyampaikan permohonan maaf dari saya pribadi dan (sebagai) Menteri Kesehatan, atas kesimpangsiuran berita yang tidak seharusnya terjadi," tutupnya.
Penilaian E atau skor terburuk kepada DKI Jakarta dalam pengendalian pandemi Covid-19 sebelumnya disampaikan Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI, Kamis kemarin (27/5).
Dante menyoroti
bed occupation rate di DKI Jakarta yang sudah mulai meningkat. Hal ini yang kemudian, disebutnya membuat DKI berada di kategori E.
"Masih banyak daerah yang dalam kondisi terkendali, kecuali di Jakarta kapasitasnya E karena di DKI bed occupation rate-nya sudah mulai meningkat dan tracingnya tidak terlalu baik," jelas Dante.