Berita

Pulau Yassiada dijuluki Demokrasi ve Ozgurlukler Island atau Pulau Demokrasi dan Kebebasan/Net

Dunia

Bagi Erdogan Kudeta Pertama Tahun 1960 Adalah Luka Paling Berdarah Di Hati Bangsa Turki

JUMAT, 28 MEI 2021 | 06:35 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Dalam perjalanan sejarahnya, Turki pernah mengalami beberapa kali perebutan kekuasaan dengan jalan kudeta. Dan dari sekian peristiwa, Presiden Recep Tayyip Erdogan menyebut kudeta militer pertama yang terjadi pada 1960 masih merupakan luka berdarah di hati bangsanya hingga saat ini.

Hal itu dikatakan Erdogan saat berpidato dalam rangka memperingati peristiwa kudeta militer yang terjadi pada 27 Mei 1960 di Pulau Yassiada, sebelah tenggara Istanbul, Kamis (27/5).

"Proses mengubah Yassiada pertama-tama menjadi 'pulau yang menyedihkan' dan kemudian menjadi Pulau Demokrasi dan Kebebasan juga merupakan ringkasan dari sejarah politik Turki dalam 60 tahun terakhir," kata Erdogan dalam pidatonya, seperti dikutip dari Anadolu Agency.

Pulau di Laut Marmara itu terkenal karena penjara dan pengadilannya setelah kudeta militer tahun 1960. Pada 2013, dengan fokus baru pada pembelajaran dari sejarah kelam era itu, namanya diubah menjadi Pulau Demokrasi dan Kebebasan.

"Upaya telah dilakukan melalui kudeta untuk memblokir perjuangan kami untuk menegakkan supremasi kemauan nasional, kata presiden, tetapi negara Turki melanjutkan perjuangannya untuk demokrasi dengan tekad yang sama sejak Perang Kemerdekaan," kata Erdogan.

Kudeta militer pertama kali terjadi di Turki pada 1960, ketika itu kelompok militer berhasil menumbangkan pemerintah di tengah ketegangan tinggi di negara itu.

Presiden Turki saat itu Celal Bayar serta Perdana Menteri Adnan Menderes dan pejabat lainnya kemudian ditangkap dan diadili karena pengkhianatan. Bahkan nasib tragis dialami Perdana Menteri Menderes yang harus meregang nyawa di tiang gantungan.

Otak kudeta saat itu, Pemimpin Angkatan Darat Jenderal Cemal Gursel, mengambil alih jabatan presiden dan perdana menteri Turki sekaligus.

Pada Mei 2020, Erdogan meresmikan Pulau Demokrasi dan Kebebasan untuk menandai peringatan 60 tahun kudeta militer.

Pulau itu kini telah meninggalkan sejarah kelamnya, dan fungsinya kini telah diubah menjadi pusat kongres dan museum terbuka dan diperbolehkan untuk dikunjungi.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Samsudin Pembuat Konten Tukar Pasangan Segera Disidang

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:57

Tutup Penjaringan Cakada Lamteng, PAN Dapatkan 4 Nama

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:45

Gerindra Aceh Optimistis Menangkan Pilkada 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:18

Peringatan Hari Buruh Cuma Euforia Tanpa Refleksi

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:55

May Day di Jatim Berjalan Aman dan Kondusif, Kapolda: Alhamdulillah

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:15

Cak Imin Sebut Negara Bisa Kolaps Kalau Tak Ada Perubahan Skenario Kerja

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:39

Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Kami On Track Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:16

TKN Fanta Minta Prabowo-Gibran Tetap Gandeng Generasi Muda

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:41

Ratusan Pelaku UMKM Diajari Akselerasi Pasar Wirausaha

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:36

Pilgub Jakarta Bisa Bikin PDIP Pusing

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:22

Selengkapnya