Berita

Aktivis KAMI, Marwan Batubara/Net

Politik

Gaji TKA China Menghina Rakyat Indonesia

KAMIS, 27 MEI 2021 | 17:58 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Kehadiran tenaga kerja asing (TKA) China di tanah air tidak menimbulkan rasa ketidakadilan dari segi keterampilan, tapi juga dari pendapatan.

Ketidakadilan itu diurai langsung para aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) saat berkunjung ke Komisi IX DPR RI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (27/5).

Rombongan KAMI yang hadir antara lain Marwan Batubara, Adhie Massardi, Said Didu, MS Kaban, Gde Siriana, Radhar Tribaskoro, dan Sadun. Mereka diterima dengan baik oleh Wakil Ketua Komisi IX DPR Melki Lakalena dan anggota Komisi IX seperti Sri Meliyana, Krisdayanti, Netty Aher, dan Mesakh Mirin.


Dijelaskan Marwan Batubara, meskipun bekerja di Indonesia, gaji TKA China lebih besar signifikan dibanding gaji pekerja pribumi.

“Hal ini mengusik rasa keadilan, sekaligus menghina rakyat Indonesia,” tegasnya.

Dia mengambil contoh pada smelter Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), persebaran gaji bulanan sekitar 27 persen TKA menerima Rp 15 juta hingga Rp 20 juta; 47 persen menerima Rp 21 juta hingga Rp 25 juta; 16 persen menerima Rp 26 juta hingga Rp 30 juta; 5 persen menerima Rp 31 juta hingga Rp 35 juta, dan 4 persen menerima 36 juta hingga Rp 40 juta.

“Hal hampir sama terjadi pada smelter OSS. Mayoritas TKA lulusan SD, SMP dan SMA. Namun memperoleh gaji besar dengan sebaran antara Rp 15 juta hingga Rp 35 juta,” ujarnya.

Untuk jenis pekerjaan yang sama, sambung Marwan, gaji TKA China ini jauh di atas gaji pekerja pribumi lulusan SD hingga SMA yang hanya berkisar antara Rp 4 juta hingga Rp 5 juta, sudah termasuk lembur.

“Nasib pekerja lokal dan nasional di smelter-smelter milik China dan konglomerat oligarkis memang tragis. Sudahlah kesempatan kerjanya dibatasi atau dirampok TKA China, gajinya pun umumnya super rendah dibanding gaji TKA China! Kita terjajah di negeri sendiri,” demikian Marwan Batubara.

Populer

Gagal Tunjukkan Ijazah Asli Jokowi, Dirtipidum Kalah Telak

Rabu, 09 Juli 2025 | 17:57

Ijazah Asli Alumni UGM 1985 dengan Milik Jokowi Bedanya Mencolok

Senin, 14 Juli 2025 | 19:44

Mantan Rektor UGM Sofian Effendi Minta Maaf dan Cabut Pernyataan Terkait Ijazah Jokowi

Kamis, 17 Juli 2025 | 16:05

Ini Susunan Pengurus Besar Ikatan Alumni PMII Periode 2025-2030

Senin, 14 Juli 2025 | 01:52

Suara Merdu Riza Chalid Bakal Gulung Jokowi dan Keluarga

Selasa, 15 Juli 2025 | 15:12

Kalau Ada yang Tak Tumbuh dari Bawah Pasti Bukan PMII, Itu HMI!

Senin, 14 Juli 2025 | 04:50

Alasan Jokowi Tak Hadir Gelar Perkara Khusus Ijazah Palsu di Bareskrim

Rabu, 09 Juli 2025 | 14:02

UPDATE

Film Berani Adalah Cahaya Terinspirasi Rm Mangunwijaya Pr

Sabtu, 19 Juli 2025 | 02:04

Jangan Sampai Tarif 0 Persen ke AS Pengaruhi Hubungan RI-China

Sabtu, 19 Juli 2025 | 01:32

Keaslian Ijazah Ditolak, Intimidator Bergerak

Sabtu, 19 Juli 2025 | 01:11

Politikus Nasdem Masih Bingung soal Akses Penuh AS di RI

Sabtu, 19 Juli 2025 | 01:08

Lewat 28 SPPG, Jargon Polri Presisi Dirasakan Langsung Masyarakat

Sabtu, 19 Juli 2025 | 00:35

Terlalu Jauh Bandingkan Cak Imin dengan Bahlil

Sabtu, 19 Juli 2025 | 00:13

GAMKI Gandeng Ketum PBNU Soroti Deretan Kasus Intoleransi

Sabtu, 19 Juli 2025 | 00:10

Kesepakatan Dagang Trump dan Prabowo Untungkan Rakyat Indonesia

Jumat, 18 Juli 2025 | 23:45

Ceramah di Jakarta, Zakir Naik Dihadang Tradisi Palang Pintu

Jumat, 18 Juli 2025 | 23:22

Gaza dalam Kesaksian Jean-Pierre Filiu: Geng Abu Shabab (3/5)

Jumat, 18 Juli 2025 | 23:06

Selengkapnya