Berita

Ilustrasi./Net

Politik

Tax Amnesty Tanda Kas Kosong, Aktivis: Seperti Berunding Dengan Maling

SENIN, 24 MEI 2021 | 15:26 WIB | LAPORAN: YELAS KAPARINO

Wacana pemerintah untuk melaksanakan program pengampunan pajak (tax amnesty) jilid II mendapat kritik dari sejumlah aktivis oposisi.

Kebijakan tersebut dinilai melonggarkan kewajiban membayar pajak bagi orang kaya, sehingga kontradiktif dengan rencana pemerintahan Jokowi menaikkan pajak untuk berbagai tingkat penghasilan termasuk yang berpenghasilan rendah.

Wakil Ketua Umum DPP Prima (Partai Rakyat Adil Makmur) Alif Kamal mengkritik keinginan pemerintah untuk menambahkan klausul soal tax amnesty dalam rencana revisi UU Ketentuan Umum Perpajakan dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Baginya, rencana tersebut menciderai rasa keadilan masyarakat bawah.

"Tax amnesty adalah pengampunan terhadap kriminal pajak. Orang kaya yang harusnya bayar pajak sesuai dengan aturan, malah diberi kelonggaran. Ini seperti berunding dengan maling," kata Alif kepada redaksi, Senin (24/1).

Lebih lanjut, aktivis asal Sulawesi Selatan itu menganggap tax amnesty dan serangkaian kebijakan kontroversial belakangan ini sebagai jurus pamungkas pemerintah dalam menutupi kas negara yang kosong.

Jika pemerintah benar-benar kesulitan untuk menaikkan pendapatan dan menambal defisit anggaran, Alif meminta agar kepala pemerintahan mengatakannya secara jujur kepada publik.

"Jika sudah tidak bisa berbuat banyak, mending mengembalikan mandat, (bilang) bahwa kami sudah tidak mampu menjalankan pemerintahan," lanjutnya.

Dalam waktu berdekatan, aktivis politik Haris Rusly Moti melalui akun twitter @motizenchannel mencuitkan kegelisahannya pada sengkarut masalah ekonomi yang dinilainya kian buruk.  

"Sobat, kebijakan tax amnesty jilid 2, tarif  layanan di bank BUMN yang manipulatif, kebijakan kolonialis PPn & kasus Garuda adalah alarm keadaan ekonomi negara yg kontraksi, pendarahan & berpotensi keguguran," cuit Haris, Minggu (23/5), kemarin.

Menurut Haris, situasi resesi yang diperparah dampak pandemi saat ini bisa berakibat pada jatuhnya pemerintahan.

"Situasi Post Covid memperparah virus resesi yang bisa bikin @jokowi ambruk," pungkasnya dalam cuitan itu.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya