Berita

Warga Kota Maxen memperingati kelahiran Raden Saleh ke-210 di Rumah Biru atau Blaues Häusel/Net

Dunia

Warga Maxen Jerman Peringati Kelahiran Raden Saleh Ke 210

SENIN, 24 MEI 2021 | 13:12 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Raden Saleh memiliki tempat istimewa bagi sebagian penduduk Kota Maxen, Jerman. Pelukis Indonesia beretnis Arab-Jawa yang menjadi pionir seni modern Indonesia ini begitu dikenal dan memiliki sejarah masa kecil di kota kecil itu,

Pada Sabtu (22/5), ratusan penduduk Kota Maxen dan sekitarnya berduyun-duyun datang ke Rumah Biru atau Blaues Häusel di Kota Maxen untuk memperingati kelahiran Raden Saleh yang pernah tinggal dan berkarya di kota kecil itu pada periode 1839-1849.

Raden Saleh mendapatkan beasiswa dari pemerintah kolonial untuk mengasah keterampilan lukisnya di Belanda pada tahun 1829. Di Belanda ia belajar melukis kepada maestro pelukis romantisme Eropa seperti Cornelis Kruseman dan Andries Schelfhout. Namun perlakuan masyarakat Belanda pada umumnya yang memandang Raden Saleh sebagai warga kelas dua karena merupakan penduduk wilayah jajahan membuatnya memutuskan untuk hijrah ke Jerman pada 1839.


Dari Den Haag ia berkelana ke arah timur dan mengunjungi kota-kota di Jerman seperti Düsseldorf, Frankfurt dan Berlin untuk melanjutkan studi melukisnya dengan pelukis-pelukis lokal Jerman hingga akhirnya tiba di kota Dresden dan Maxen dimana ia tinggal selama 10 tahun karena merasa diterima sepenuh hati oleh orang-orang lokal yang menghargai karya lukisnya dan menghargai dirinya sebagai manusia. Orang-orang Jerman saat itu memanggilnya 'Pangeran dari Jawa'.  

“Hari ini adalah Hari Indonesia. Di depan Rumah Biru ini kita memperingati kelahiran seorang pelukis Jawa 210 tahun lalu, namanya Raden Saleh dan ia pernah menjadi bagian penting dari kota Maxen," kata Jutta Tronicke, salah seorang warga Maxen yang aktif mempromosikan tokoh Raden Saleh di Jerman bersama dengan KBRI Berlin, seperti rilis yang diterima Kantor Redaksi RMOL, Senin (24/5). 

"Ia datang ke kota ini pada 1839 dan berkawan baik dengan Tuan Friedrich Serre yang membangun pavilion ini di tahun 1848 sebagai tanda hormat untuk Raden Saleh,” lanjutnya.

Pasangan Michael dan Giselle Simon, yang turut hadir dalam acara ini menyatakan bahwa tokoh Raden Saleh adalah ikon persahabatan antara masyarakat Indonesia dan Jerman, jembatan kultur antara Indonesia dan Jerman, sehingga kedua bangsa bisa saling mengenal, mengisi dan memperkaya.

"Bayangkan, seorang Jawa bisa hadir di Maxen ratusan tahun lalu. Menjadi bagian dari masyarakat Maxen dan dihormati karena karya lukisnya yang luar biasa. Dia memperkenalkan Jawa kepada orang-orang Jerman melalui karya seni,” tutur mereka.

Empat pohon apel ditanam di sepanjang jalan setapak menuju Rumah Biru untuk memperingati kelahiran sang pelukis atas prakarsa dari Duta Besar RI, Arif Havas Oegroseno. Ini juga menjadi simbol penghormatan atas jasa Raden Saleh sebagai 'Duta Budaya' Indonesia untuk Jerman di abad ke-19.  

Pemilik dan pengelola Rumah Biru, Marid Helbig, menyampaikan penghargaannya atas kerja sama dan dukungan Pemerintah Indonesia melalui KBRI Berlin terhadap keberadaan Rumah Biru Raden Saleh di Maxen yang berstatus cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Jerman.  

Di bagian atas pintu pavilion Rumah Biru ini terukir dua inskripsi aksara Jawa dan Jerman yang artinya 'Muliakan Tuhan dan Cintailah Manusia'.

Inskripsi ini dibuat oleh Raden Saleh karena dia sendiri yang diminta oleh Friedrich Serre untuk menjadi arsitek bangunan ini.

Raden Saleh meninggal di Bogor pada 23 April 1880. Karya-karya lukisnya bernilai tinggi dan salah satu lukisannya yang terjual di rumah lelang di Perancis harganya mencapai hampir 10 juta dolar Amerika.
Lukisan-lukisan Raden Saleh kini bisa dinikmati di 43 museum di seluruh dunia, belum lagi sejumlah lukisannya yang dimiliki oleh kolektor pribadi.

Raden Saleh tidak hanya mewariskan ratusan karya lukisnya yang indah untuk dunia, tapi jejak langkahnya di Jerman juga menjadi warisan berharga yang mempersatukan masyarakat Indonesia dan Jerman.     

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya